"Cie yang ketemu mantan."
Alden yang akan membuka lembaran koran di pagi ini itu mengurungkan niatnya, lebih memilih menggulung koran itu lalu memukulkannya pada kepala sendiri beberapa kali.
Sejak kemarin Alaya selalu saja menyindirnya perihal mantan. Alden geram, bahkan ia tidak pernah pacaran!
"Kenapa kepalanya di pukuli?"
"Ga papa sayang." Alden tersenyum manis saat Alaya menyandingkan secangkir kopi hangat. Segera mencicipinya.
"Pusing mikirin mantan ya?"
Byur...
Kopi yang bahkan belum ia telan, langsung kembali keluar. Menatap Alaya memelas, padahal tadi ia sudah bilang tidak papa.
"Kopi buatan aku ga enak ya Kak?"
"Enak Yang." Alden menjawab cepat, segera menandaskan kopinya yang masih terbilang panas. Biar lidah nya yang menjadi korban.
"Apa?"
"Lebih enak kopi buatan mantan?""Yang ih." Rengek Alden memohon agar berhenti menyudutkannya. Dari sepulang jalan-jalan ke alun-alun, Alaya selalu menyangkut pautkan semuanya dengan mantan.
Hingga tidur pun, Alaya mampir ke dalam hanya untuk kembali menyindirnya soal Belrissa.
Alaya melengos, kembali ke dapur. Istri mana yang tidak cemburu, saat baru saja senang di ajak keluar menghabiskan waktu bersama, lalu tidak lama Alden tertangkap basah mengobrol dengan perempuan dengan paras begitu cantik.
Insecure? Jelas!
Di teras rumah Alden mengelus dada sabar dan tabah menghadapi kelakuan Alaya. Ternyata jika sedang cemburu, Alaya begitu menyebalkan.
"Makan dulu Kak, biar ketemu mantannya ga lemes."
"Ya Alllah Yang..." Frustasi Alden saat mendapati hanya kepala Alaya yang terlihat dari balik pintu depan.
"Kenapa? Kakak ga mau makan?"
"Mau Yang." Kakinya Alden segera bergerak masuk, menyusul Alaya.
"Mau makan di luar sama mantan ya?" Tuding Alaya dengan tangan bergerak menyendok kan nasi, menaruhnya di piring Alden.
Hari ini Haidar bahkan terlihat sangat bahagia, dari tawanya yang tidak kunjung berhenti saat melihat betapa menderitanya seorang Alden.
"Seneng!" Sindir Alden tajam pada Haidar.
"Ngapain galak sama Haidar?!" Alaya menyuapi Alden kasar, melotot kan matanya galak.
Alden cemberut, pasrah.
Setidaknya walaupun selalu di sindir, Alaya tidak pernah mengabaikannya.
"Pake sambel Yang."
"Nanti perutnya sakit lagi, kalo sakit ga bisa ketemu mantan."
"HAHAHA!" Haidar terbahak-bahak. Tidak kuat lagi melihat momen yang baru pertama kali ia lihat, ketika Alaya dengan terang-terangan menunjukkan kecemburuannya.
"Sayang, awas batuk." Tegur Alaya segera memberikan Haidar minum.
"Iya Ya." Haidar tidak bisa menahan kedua sudut bibirnya agar tidak tertarik membentuk senyum.
Wajah Alden semakin mendung. Awas saja kalau ia bertemu dengan Belrissa, ia akan memberi perhitungan pada perempuan tulang lunak satu itu.
Setelah selesai makan Alden berpamitan akan berangkat kerja, pakaiannya sudah rapih, wangi dan pastinya tampan.
"Aku berangkat kerja dulu ya Yang."
Alaya yang mengantar Alden di teras rumah mengangguk, mencium pipi Alden lalu menyalami tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomansaMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...