Alaya tidak bisa berbuat apa-apa, namun saat Alya menangis menumpahkan semua keluh kesahnya ia merasa senang. Putri kecilnya kembali terbuka padanya, tentang siapa yang menghasut untuk membenci Haidar, juga soal penyebab trauma Haidar juga.
Berbicara pada Haidar agar bisa memaafkan Alya tidak membuahkan hasil, nyatanya sakit hati yang di torehkan Alya pada Haidar nampaknya sangat melekat hingga bocah laki-laki berhati lembut itu sampai sekeras batu seperti sekarang.
"Sabar sayang."
"Lyly pengen deket sama Abang lagi Mah."
Seperti Alden. Kemauannya harus segera dituruti.
Alaya tidak akan memaksa Haidar, biarkan bocah laki-laki itu menentukan sendiri. Paksaan bukan jalan yang baik menurutnya.
"Pelan-pelan, Lyly ga bisa egois nyuruh Abang buat maafin kamu langsung." Alaya terus memberikan pengertian pada Putri kecilnya.
Haidar yang kebetulan baru keluar kamar, menatap keduanya dalam diam. Melengos pergi ke arah dapur setelah menyempatkan menyapa Alaya, tanpa turut serta mengikutkan Alya.
"Cil, Paman di sapa juga dong." Celetuk Alden yang ternyata sedang rebahan di karpet lantai, menemani Nakula yang asik memakan biskuit bayinya.
"Males banget."
Alaya tertawa melihat Alden langsung cemberut, tangannya mengelus rambut panjang Alya yang menatap Haidar dengan tatapan penuh minat.
"Ya udah, ambilin Paman minum aja. Aus nih."
"Air putih atau apa?"
"Minuman kaleng aja, yang dingin. Kaya kamu Cil."
Haidar melirik sekilas, kemudian melenggang pergi.
"Tuh kan." Tunjuk Alden sebal, mengadu pada Nakula atas sikap menyebalkan Haidar seakan batita kecil itu mengerti semua protessannya.
Alaya ikut bergabung setelah Alya yang berlari masuk ke ke kamar dengan wajah tertekuk.
"Persis kamu."
Bibir Alden tambah maju. "Aku terus."
"Bener ko, apa yang di mau harus cepet di dapet."
"Ga, aku ga gitu." Protes Alden, sembari menerima uluran botol soda dari Haidar. Menyuruh bocah laki-laki itu duduk.
"Cil, beneran ga mau sekolah umum aja?"
"Ga." Kepalanya menggeleng pelan, membuka bungkus es krim dengan bentuk semangkanya.
Alaya tersenyum tipis mendengar obrolan yang berlanjut, Alden yang terus mengatakan banyak hal hingga respon santai Haidar menghadapi Alden membuat Alaya gemes sendiri.
"Sibuk ga Kak?"
"Ga, kenapa Yang?" Alden langsung duduk tegak. Merapikan rambutnya yang berantakan karena sempat menjadi mainan Nakula.
"Anterin beli Nasgor yu."
"Biasanya buat sendiri Yang." Celetuk Alden namun tak ayal tangannya meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja.
"Lagi males masak, maunya beli aja. Ga papah kan? Sekalian makan malam."
"Ga papah dong." Balas Alden cepat. Menoleh pada Haidar. "Mau ikut?"
"Ga."
Entah sudah berapa kali Alden berdecak melihat bagaimana acuh tak acuhnya Haidar sekarang.
Alaya terkekeh, memperingati Alden yang terlihat akan mengomeli Haidar. "Yaya nitip Lyly ya."
"Iya Ya."
"Yu Yang." Ajak Alden berjalan lebih dulu, diikuti Alaya yang berjalan di belakang dengan Nakula yang berada di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomansaMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...