37. Alden & Alaya

25.2K 2.6K 856
                                    

Keesokan harinya, setelah mengantar Haidar dan Alya ke sekolah, Alden dan Alaya pun tidak langsung pulang, namun mampir terlebih dulu ke kediaman Raffasya. Tentu saja untuk menengok Tristan atau yang sering Alden panggil Vampir lantaran namanya yang mirip seperti pemain sinetron ganteng-ganteng serigala.

"Ayang..."

"Apa sayang?" Saut Alaya lembut, menatap wajah Alden dari samping.

Pipi Alden langsung memanas, kepalanya menoleh sebentar ke arah Alaya, kemudian kembali fokus mengemudi. "Ayang tau ga, kuda yang bisa bikin seneng?"

Kedua alis Alaya langsung mengkerut heran, detik berikutnya kepalanya menggeleng pelan. "Emang ada?"

"Ada tau Yang!"

"Kuda apa coba?"

"Kudapat Ayang sebagai Istriku..."

kedua sudut bibir Alaya langsung tertarik membentuk senyum manis, tawa pelannya terdengar lembut. "Belajar gombal di mana?"

Alden tergelak, menarik tangan kanan Alaya kemudian mengecup punggung tangannya pelan. "Diajarin Ilham Nudin, Yang."

Alaya hanya merespon dengan anggukan kepala, tidak heran lagi. Mata bulatnya menatap rumah megah yang ada di hadapannya sekarang. Kediaman Raffasya, Kakak tiri Alden.

Sedangkan Alden turun dari mobil terlebih dahulu guna membukakan pintu untuk Alaya, membantu Alaya turun dengan hati-hati. "Ayang kuat jalan ga?"

"Kuat ko," Jawab Alaya meyakinkan dengan senyum tipisnya.

"Seriusan Ayang..."
"Kalo ga kuat, biar aku gendong."

Bola mata Alaya melotot, beringsut menjauh dari samping Alden. "Jangan di gendong, ga mau aku!"

Alden yang tidak terima Alaya menjauh langsung melayangkan tatapan protes, menarik pinggang Alaya mendekat. "Ga boleh jauh-jauh dari aku lho Yang!"
"Aku gigit nih!" Ancam Alden galak.

Bibir Alaya mengerucut, balik menatap Alden sebal.

"Udah berani ga nurut?!" Alden melepaskan rangkulannya, berkacak pinggang dengan wajah tidak kalah kesal.

"Nurut Kak," Pasrah Alaya mengalah.

Mendengar itu membuat senyum Alden perlahan kembali muncul, tangannya bergerak merangkul pinggang Alaya. "Nah gini dong, kalo nurut entar jadi kesayangannya aku."

"Kalo ga nurut?" Tanya Alaya dengan riak jahilnya.

"Tetep jadi kesayangannya aku."
"Cuman aku yang boleh sayangin Ayang. Ga boleh laki-laki lain!" Alden langsung menjelaskan dengan berapi-api.

"Sialan, pagi-pagi bukannya sarapan makanan. Gue malah dapet tontonan keuwuan," Sindir Raffasya yang kini berdiri tepat di tengah pintu dengan penampilan yang masih kusut. Sudah di pastikan, Raffasya baru saja bangun.

Alden menatap tengil pada Raffasya. "Mana babi kiter peliharaan lo?!"

Raffasya terdiam, otaknya mencerna perkataan Alden barusan. "Babi kiter? Perasaan gue ga pernah pelihara babi deh Al."

"Yang jagain vampir itu lho!" Saut Alden langsung ngegas.

"Baby sister, anjing!"

Alden mengibas-ngibaskan tangannya tidak peduli. "Kebagusan, babi kiter aja cakep."

"Pala lo cakep," Ketus Raffasya tidak habis pikir.

Kepala Alden menoleh ke kanan dan ke kiri, kemudian menatap Raffasya menuntut. "Alaya ke mana?!"

"Tadi masuk, ya kali lo ga tau."

Segera saja Alden menyusul masuk ke dalam rumah, meninggalkan Raffasya yang kini mengelus dadanya sabar melihat kelakuan Alden yang masih tetap minus akhlak. Langsung saja Raffasya ikut menyusul masuk.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang