25. Alden & Alaya

18.9K 2.2K 292
                                    

Alaya dengan telaten menyuapi Haidar dan Alya makan, senyumnya terukir lembut melihat bagaimana lahapnya Haidar maupun Alya memakan hasil masakannya. Ada rasa bahagia dan bangga tersendiri saat masakannya begitu di sukai.

Jangan salah, ia berani menyuapi Haidar dan Alya karena sebelumnya ia telah menyuapi Alden terlebih dahulu, untuk itu Alden tidak protes atau marah karena merasa di duakan.

"Mama, berangkat sekolahnya mau naik motor bole ya?"

"Jangan ah, di anterin Papa aja kaya biasa."

Alya cemberut, melipat tangannya di depan dada. Alaya yang melihat itu menghela napas pelan, Alya persis seperti Alden, keras kepala. "Di anterin sama Papa aja ya, naik motor juga, apa mau naik mobil?"

"Mau naik motor sendiri Mah. Ga mau bareng Papa."

"Aku juga mau naik motor sendiri Ya..."

Alaya memijat pelipisnya pusing, ini juga salah Alden, kenapa membelikan motor mini yang bisa dijalankan dengan tenaga listrik, kenapa tidak yang biasa saja. Apa lagi tadi malam selepas Haidar dan Alya bermain, Alden juga langsung meng charger daya baterai motor mininya, dan dipastikan kini daya baterainya sudah penuh.

Tangan Alaya terangkat memberikan keduanya masing-masing satu gelas susu putih. "Habisin susunya dulu, biar Mama yang minta ijin sama Papa."

Keduanya berseru semangat, mulai meminum susu putihnya. Sedangkan Alaya berjalan keluar rumah untuk menemui Alden yang tadi sedang memanaskan mesin motor scoopy nya.

"Kak..."

Alden menoleh, kakinya berjalan mendekat. "Utu, utu... Gemesin banget sih Istrinya Alden," ucap Alden geregetan, memeluk Alaya erat, mendaratkan ciuman pada atas kepala Al.
"Belum mandi nih pasti."

Alaya tertawa, mendongakkan wajah ke atas. "Iya, baru sempet sikat gigi sama cuci muka. Kakak tau dari mana?"

"Ini masih pake piyama."
"Rambutnya juga masih kusut," Alden tersenyum geli.

Alaya mengedip beberapa kali. "Tapi masih cantikkan?"

"Cantik banget malah..." Jawab Alden cepat, mencubit hidung Alaya gemas.

"Kak."

"Hm, apa sayang?"

"Anak-anak minta naik motor mini buat ke sekolahnya. Boleh ga?"

Alden tampak menimang-nimang, tidak lama kepalanya mengangguk pelan. "Boleh deh, lagian kan jalan buat ke sekolahnya bukan jalan besar, cuma lewatin gang kecil."

Alaya tersenyum, berniat melepaskan pelukannya, namun bukannya mengendur, lengan Alden malah semakin membelitnya erat. "Kak lepasin, aku mau panggil anak-anak dulu."

"Ga mau!" Kekeuh Alden keras kepala.
"Aku mau kerja lho Yang, sibuk banget ini. Jadi sekarang mau ngisi daya buat nahan rindu."

Bola mata Alaya memutar malas, Alden memang paling bisa berkata-kata. "Palingan juga belum ada dua jam di cafe, udah pulang lagi ke rumah."

"Kan kangen lho Yang..." Rengek Alden.

"Lepasin dulu ih, kalo diliat anak-anak kan malu!"

Alden tergelak. "Anak-anak udah liatin kita dari awal Yang."

"Beneran?" Seru Alaya syok, kepalanya langsung menoleh ke pintu rumah, ternyata benar, Haidar dan Alya ada di sana, duduk di jok motor mini masing-masing.

"Ya udah sana berangkat, nganterin mereka."

"Nganterin? Kan mereka udah naik motor sendiri."

Alaya melotot. "Harus tetep anterin sekolah, diikutin dari belakang, jaga-jaga aja biar selamet."

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang