Langkah kaki Alden terhenti, secepat kilat membalikan badannya ke sumber suara merdu tadi. Kedua bola matanya membulat sempurna dengan raut wajah terkejut. "Ayang, kamu lagi ngerayain ulang tahun siapa?"
Mendengar itu Alaya tiba-tiba langsung kesal. "Is, masa Kakak lupa sih?"
"Lupa apa sih Mah?" Tanya Alden bingung, cengengesan berjalan ke arah Alaya, menundukkan tubuhnya, kemudian mengigit ujung hidung Alaya gemas.
"Hampir aja aku kebut-kebutan di jalan cuma buat nyari Ayang sama anak-anak...""Kakak lupa?" Tanya Alaya sekali lagi.
"Emang aku lupa apa?" heran Alden mencolek krim kue bertuliskan selamat ulang tahun Daddy. Tunggu, apa kue ini dikususkan untuknya?
"Ayang, ini buat aku?"Alaya langsung tersenyum manis dengan kepala mengangguk antusias. "Iya, Ini aku sendiri yang buat."
Wajah Alden masih linglung. "Beneran buat aku?" Tanyanya sekali lagi, dengan jari yang menunjuk wajahnya sendiri.
"Beneran Kak, kan hari ini usia Kakak genap 26 tahun."
"Dih, tua banget!" sewot Alden cemberut.
"Orang bener ko," jelas Alaya cepat.
"Ga papah deh. Aku kan makin tua makin tampan, mapan, dan pastinya hot..."
Alaya tertawa, kepalanya mengangguk-angguk percaya. "Iya deh yang tambah hot."
Alden tersenyum jahil, menatap berbinar ke arah kue dengan hiasan sederhana itu. "Aku tiup lilin boleh ga?"
"Boleh dong, tapi sebelumnya doa dulu," peringat Alaya mewanti-wanti, karena ia tau Alden itu selalu saja lupa membuat keinginan di setiap ulang tahunnya dengan langsung meniup lilinnya.
Kedua kelopak mata Alden langsung tertutup. "Permintaan aku ga muluk-muluk ko, aku cuma mau keluarga kecil ini bahagia," setelah mengatakan itu Alden kembali membuka matanya, kemudian meniup api lilinnya hingga padam.
"Hadiahnya mana?" Tanya Alden lagi sembari menengadahkan telapak tangan dengan wajah berseri-seri.Alaya tersenyum geli, menyerahkan benda panjang berwarna putih pada Alden. Membuat kedua alis tebal Alden menukik heran. "Kamu ngapain ngasih aku termometer?"
Mulut Alaya langsung terbuka dengan wajah sebal. "Itu bukan termometer Kak!"
"Lah terus apa Yang?" Tanya Alden sekali lagi, memutar benda itu hingga otaknya langsung tersambung saat melihat dua garis merah.
"Yang, in-inni tandanya kamu ham-mil," saut Alden tergagap, dengan mata membulat."Iya nih, di perut aku anak kita lagi ngekos lagi," jelas Alaya dengan tersenyum tipis, tangannya bergerak mengelus perutnya yang masih rata.
"Sejak kapan?"
"Kan tadi pagi Mama bilang ke aku lagi datang bulan, kenapa sekarang udah ada isinya aja?"
"Datang bulannya dipending apa gimana Yang?" Tanya Alden beruntun, berjongkok menyamakan tingginya dengan perut Alaya."Sebenernya aku udah tau dari seminggu yang lalu si Kak," jujurnya meringis, meletakan kue ke atas meja.
Raut wajah Alden langsung terlihat tidak terima, menyingkap daster dan tank top yang dipakai Alaya hingga perut ratanya kini tidak terhalang apa-apa. "Nakal banget sih Yang, sampe tega ga jujur sama aku," gerutunya sembari mendaratkan kecupan pada perut Alaya.
"Aku udah ada niatan langsung ngasih tau ini, tapi ga jadi pas liat kalender kalo hari ulang tahun Kakak bentar lagi, jadi aku mau bikin kejutan aja."
"Tetep aja aku kesel sama kamu Yang!"
"Bikin uring-uringan ga jelas, kesel aku mah.""Iya maaf udah bikin Kakak kesel seharian ini."
Kepala Alden mengangguk pelan, memeluk perut itu posesif. "Nanti malem Papa mau jenguk kamu, jangan rewel ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomansaMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...