51. Alden & Alaya

5.9K 987 164
                                    

Ada tiga jenis Homeschooling, yaitu Homeschooling tunggal, majemuk dan juga komunitas Homeschooling. Untuk Haidar sendiri mengambil jenis Homeschooling majemuk.

Terhitung sudah berjalan tiga hari yang lalu Haidar memulai sekolahnya, di dalam rumah tepatnya di ruang santai. Dihari pertama Haidar masih nampak kaku dalam menanggapi gurunya. Lalu di hari kedua dan ketiga, Haidar mulai lebih rileks.

Pastinya ada kelebihan dan kekurangan dalam memilih metode Homeschooling. Jika kelebihannya bisa memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal, maka salah satu kekurangannya adalah anak yang belajar homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.

Alaya mendekat pada perempuan seusianya yang tengah membereskan beberapa buku. Nampaknya jam belajar sudah usai. "Mau langsung pulang Bu guru?"

"Eh iya nih." Sautnya canggung.

"Ga mau sekalian makan siang aja?"

"Lain kali aja, Ya."

"Tapi nanti saya numpang makan lho Ya. Sekarang ada urusan." Guraunya mencoba menghilangkan ketidak nyamanan yang ada.

Alaya ikut terkekeh. "Ya sudah hati-hati ya Bu."

"Iya, Ya, saya pamit."

Setelah sempat bercakap ringan dengan guru tadi, Alaya pun mengantarkan ke teras rumah. Menatap motor yang di kendarai itu pergi.

"Haidar sini sayang."

"Apa Ya?"

"Gimana hari ini belajarnya?"

"Seru."
"Kalo aku bisa ngerjain soalnya, di kasih yupi sama Bu Tias nya." Haidar dengan senang memamerkan beberapa yupi yang masih terbungkus plastik.

Alaya tersenyum. Meskipun sempat di buat kesal lantaran Alden yang ternyata tidak mengabulkan permintaannya persoalan agar guru Haidar nanti laki-laki saja.

Yang lebih menyebalkan lagi, Alden malah mencarikan guru perempuan muda, cantik dengan penampilan kekinian.

Alden benar-benar minta di geprek!

"Kejar ketertinggalan kamu ya sayang."

"Yaya percaya, Haidar bisa."

Haidar mengangguk pelan. "Yaya mau yupi nya?"

"Buat Haidar aja."

"Ade Naku mau?"

Alaya terkekeh. "Ade belum boleh makanan apapun, selain minum asi. Nanti kalo udah enam bulan, baru boleh makan bubur."

Kepala Haidar mengangguk-angguk paham, menggenggam kaki kecil Nakula yang berbalut kaos kaki.

"Yaya mau jajan cimol kuah di depan, Haidar mau ikut?"

"Boleh?"

"Boleh dong sayang."

"Aku ikut."

"Bentar Yaya kunci pintu dulu."

Keduanya berjalan beriringan dengan Nakula yang di gendong Alaya. Batita itu nampak antusias, apa lagi saat Alaya dan Haidar menunjukan berbagai benda yang mereka temui di sepanjang jalan.

"Cuitttt cuitttt... Cewe mau ke mana nih?"

Alaya tersenyum geli, ketika mendapati sebuah mobil hitam dengan kaca terbuka yang melaju pelan di sampingnya. "Kakak pantes jadi supir truk."

Alden terbahak, memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

"Anak Mama kenapa cemberut?" Tanya Alaya ketika Alden menghampirinya dengan Alya yang ikut serta. Bibir Alya mengerucut ke depan dengan sorot mata kesal.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang