Haidar memakaikan bando polos berwarna putih dengan motif bintik-bintik hitam ke rambut Alya yang pagi ini digerai.
"Lyly cantik."
Alya tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. "Abang juga tampan."
"Tampan Abang atau Paman?" Goda Haidar sembari berjongkok di bawah untuk memakaikan kaos kaki dan sepatu pada Alya yang kini duduk di atas sofa.
Manik mata Alya mengedip menatap kegiatan Haidar yang membantunya memakai sepatu. "Papa dong."
Kegiatan Haidar berhenti, mendongak sebentar ke atas, menatap Alya dengan raut wajah datarnya. Kemudian kembali mengikat tali sepatu Alya.
Alya tertawa, mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi tembam Haidar. "Papa emang tampan, tapi udah jadi milik Mama."
Haidar masih tetap diam. Wajahnya berubah merah lantaran kesal.
"Jadi aku pilih Abang aja. Abang tampan, milik Lyly," Antusias Alya membentuk jari-jarinya menjadi simbol hati.
Kedua pipi Haidar merona, menjentikkan jarinya ke jidat Alya yang tertutup poni. "Ga usah gombal."
Bibir Alya maju ke depan. "Kakak mah, sakit tau!"
"Haidar, Lyly. Makan dulu saya-"
Alaya memukul lengan tangan Alden kencang, untuk kesekian kalinya Alden kembali berulah dengan sengaja menutup mulutnya agar tidak memanggil Haidar dan Alya dengan embel-embel, sayang.
"Kakak apaan sih?!" Kesal Alaya memukul bahu Alden dengan centong nasi yang sedang ia pegang.
"Aku C.E.M.B.U.R.U."
"Ngomongnya biasa aja dong, ludah kamu ke mana tau," Lagi-lagi Alaya berseru jengkel, mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
"Biarin," Alden ikut sebal. Menyodorkan piring makannya ke hadapan Alaya. "Suapin."
"Sini," Alaya langsung menyuapi Alden dengan telaten, sesekali ia juga akan memberi Alden minum.
"Ayang, nanti mau ikut ke resto ga?"
"Boleh?"
"Boleh dong, resto kan buat umum. Lagian itu milik aku yang berarti milik kamu juga Yang."
Alaya tersenyum, kepalanya mengangguk pelan. Memberikan Alden minum, kemudian beralih menyuapi Haidar dan Alya yang kini telah rapih dengan seragam sekolahnya.
"Hari ini ulangan kan?"
"Iya Yaya, aku udah belajar. Hari ini dapet pelajarannya Matematika, sama bahasa Indonesia," Jujur Haidar sembari menerima suapan dari Alaya.
"Anak pinter," Puji Alaya dengan senyum keibuannya.
"Jangan nyontek, kerjain sebisa kamu. Oke?""Oke Yaya."
Alaya beralih pada Alya. "Sayangnya Mama udah belajar belum?"
"Aku sebel sama itung-itungan. Jadi ga mau belajar, mending hitung kancing."
"Hitung kancing?" Tanya Alaya tertawa pelan.
"Di ajarin sama siapa?""Sama Papa, tadi malem pas Mama tidur. Papa kasih tau aku caranya," Tuturnya polos.
"Iya Yaya, aku saksinya."
"Paman juga ngajarin aku, tapi aku ga mau."Bola mata Alaya semakin membulat, kepalanya menoleh di mana tadi Alden duduk. Dan ternyata, Alden sudah menghilang entah ke mana.
"Paman lari keluar Ya," Tunjuk Haidar pada pintu depan yang kini terbuka.
Alaya menarik napas panjang, Alden benar-benar minta di sunat dua kali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...