Alaya mengelus-elus perutnya, menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 11 malam, tapi entah kenapa ia malah menginginkan siomay dengan sisiran timun yang banyak. Pasti sangat lezat.
Kepalanya kembali menoleh ke samping, di mana Alden tertidur sangat pulas, bahkan sampai... Mendengkur.
"Sayang, besok aja ya beli Siomaynya," Bujuk Alaya masih dengan mengelus perut.
"Tuh liat, Papa kamu tidurnya pules banget. Kalo di bangunin kasian, nanti pusing."Alaya bangun dari tidurnya, berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Duh mana pengen banget lagi," gumam Alaya pelan, meminum habis air putih yang ia tuangkan ke dalam gelas kaca berukuran sedang.
"Anak Mama pengen somay banget ya sayang?" Tanya Alaya bergumam pelan, menatap sayang pada perutnya yang buncit.
"Ga bisa ditunda sampe besok pengennya?""Ayang... Masa aku mau peluk kamu malah dapetnya bantal guling," Gerutu Alden memeluk tubuh Alaya dari belakang dengan mata yang terpejam damai.
"Baru aja ditinggal bentar Kak, udah langsung nyariin," ucap Alaya terkekeh, mengusap pipi Alden lembut.
Napas Alden kembali teratur, menyenderkan kepalanya pada bahu kecil Alaya. "Sayang Mama..."
Alaya tertawa, lihatlah bahkan saat mengigau, Alden masih sempat-sempatnya membuatnya merona bahagia.
"Kak tidurnya di kamar aja yu?" Ajak Alaya selembut mungkin, berusaha agar tidak membuat Alden terkejut.
"Tadi Ayang pengen makan apa?" Alden bertanya, masih dengan posisi sama, bahkan matanya masih terpejam damai.
"Ga pengen makan apa-apa Kak."
"Udah ayo tidur di kamar, biar Kakak nyaman," Ajak Alaya lagi, mencoba melepas lengan kekar Alden yang melilit pinggangnya."Coba jujur sama aku Yang..." saut Alden serak, namun sarat akan keseriusan dalam nada bicaranya.
Alaya menghembuskan napasnya pelan, membawa telapak tangan Alden untuk mengelus perutnya. "Pengen makan somay, tapi... Ini kan udah malem banget Kak."
Tangan Alden mengelus sebentar perut Alaya, kemudian berdiri tegak. "Jangankan malem Yang, subuh aja aku beliin."
"Kakak keliatan ngantuk, aku ga tega," tutur Alaya.
"Udah ga ngantuk lagi nih, nih..." Alden melototkan matanya selebar mungkin.
"Nanti mau ikut?""Mau..." Jawan Alaya malu-malu.
"Ayang tunggu di sini, aku mau cuci muka sama ambil mantel," Perintah Alden, langsung melenggang pergi.
Alaya pun mendudukkan bokongnya pada kursi meja makan, menopang dagunya dengan kedua telapak tangan. Pikirannya menerawang jauh tentang bagaimana setia dan pengertiannya seorang Alden Farel Ariston.
Takdir menjadi Baby Sister dari Haidar, membuatnya malah terikat hubungan sakral dengan Alden, laki-laki kasar dengan kontrol emosi yang sangat buruk.
Namun, jika di perhatikan lebih dalam lagi, Alden yang dulu dengan sekarang jauh berbeda. Jika dulu Alden selalu menampakan wajah datarnya kini Alden selalu memasang riak jahilnya yang khas dan menyebalkan.
Dulu tidak terlalu banyak bicara, sekarang jadi melebihi seorang perempuan yang doyan bergosip. Lebih pandai merayu dan jauh lebih lembut.
Alden dengan segala tingkah random nya menjadi daya tarik sendiri bagi setiap orang, termasuk dirinya yang terseret pesona Alden.
Untuk pemikiran mesumnya sepertinya tidak beda jauh, dulu dan sekarang Alden sama-sama mesum dengan otak yang hanya mencerna dengan cepat akan hal-hal dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...