"hadeh kalian ini tidak tau waktu sekali." Gerutu Bratajaya dengan wajah galaknya.
Raffasya langsung menunjuk Alden yang malah cengengesan. "Nih, dia juga ganggu waktu tidur aku tau Yah."
"Ngaduan, kaya bocah." Cibir Alden pedas.
Karin memberikan jaket hangat yang Bratajaya minta. "Kalian mau ke mana?"
"Nanti saya ceritain." Papar Bratajaya pelan.
"Ya sudah, hati-hati." Kari mengantarkan ketiganya sampai teras depan.
Ketiga masuk ke dalam mobil, meninggalkan kedua motor yang menjadi kendaraan keduanya saat ke sini.
"Ayah serius bisa buat Jelita rasain yang Haidar rasain?"
"Kamu remehin saya?"
"Ga sih." Alden menjawab, menguap lebar. "Masih jauh ga nih rumah nenek lampir? Alden ngantuk soalnya, nanti bangunin ya kalo udah sampai."
Baik Bratajaya maupun Raffasya berdecak kesal melihat Alden yang kini terlihat mencari posisi nyaman di belakang sana.
"Bagunin, aku sunat dua kali kalo sampe ketinggalan pertunjukkannya." Ancamnya seedak jidat, sebelum benar-benar pergi ke alam mimpi.
"Adikmu tuh."
Raffasya yang mengemudi memutar bola mata malas. "Anak Ayah."
*
Alden meninggalkan jaketnya di mobil, kini lengan kaos panjangnya ia gulung hingga sebatas siku. Seakan-akan siap berkelahi, membuat Bratajaya yang sebal akan tingkah pecicilan anak tirinya itu melayangkan sambitan ringan pada pantat Alden dengan tongkat rotannya.
"Sakit ih!"
"Benerin bajunya."
"Emangnya kenapa? Ganteng gini."
Bola mata Raffaya berputar malas untuk yang kesekian kalinya. "Jangan di gulung."
"Iri? Tiruin dong."
"Ngajak berantem lo?"
"Siapa takut."
Keduanya saling serang, membuat Bratajaya menghela napas panjang. Mencoba lebih bersabar, apa lagi saat melihat keduanya sudah tumpang tindih saling mencekik.
"Almarhum lo!"
"Lo duluan, gue belum kawin sama Putri!" Balas Raffasya kesal. Balas mencekik leher Alden.
"Itu otak apa kaset bokep. Kawin mulu yang di pikirin."
"Ngaca!"
"Ehem!"
Aktifitas keduanya terhenti, Alden menatap Bratajaya dengan dinaikkan satu. "Kenapa Yah? Mau ikut gulet?"
"Ga usah deh, ntar encok nagis..." Lanjut Alden menyebalkan.
Bratajaya mendelik. "Berdiri kalian."
"Lagi asik gini. Ya ga Raf?" Bantah Alden tidak mau, membuat Raffasya yang memang sedang tertindih di bawah mendengus sebal.
"Saya hubungi Alaya kalau kamu masih susah dibilangin." Bratajaya seolah-olah mengetik sesuai pada ponselnya.
Alden langsung kalap, menatap tidak kalah kesal pada Bratajaya. "Ayah mau nikung Alden? Ko sampe punya nomer Ayang sih!"
"Siniin hp nya." Alden merampas ponsel itu. Menghapus nomer Alaya yang memang benar-benar ada.
"Tau ah ga mood!" Sewot Alden memberi jarak pada Bratajaya. Melirik Ayah tirinya itu sinis, bibirnya langsung manyun ketika ia berpendapat sendiri kalau Bandot tua seperti Bratajaya memang berniat menikungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...