Alaya memakaikan kancing baju kemeja yang Alden pakai, sedangkan Alden berdiri menjulang di depannya, dengan tangan yang setia melingkar di pinggang.
"Ayang..."
"Iya apa, hm?"
"Yu, bulan madu."
Pergerakan tangan Alaya terhenti sebentar, kemudian kembali bergerak menyelesaikan pekerjaannya. "Iya, ayo."
Seketika manik mata Alden langsung bersinar. "Ayang mau bulan madu di mana?"
"Terserah Kakak."
"Di kebun mau?"
"Ya ayo kalo Kakak maunya di situ."
Alden berdecak, Alaya memang sangat penurut, namun kadang sikap patuh Alaya tidak jarang membuatnya jengkel. "Ayang mah nurutnya kebangetan!"
Alaya terkekeh pelan, melepaskan lengan Alden yang melingkar di pinggangnya. "Aku nurut gini juga karena Kakak suami aku, apapun yang Kakak putusin aku dukung sepenuhnya."
Rasa kesal Alden langsung lenyap, hatinya berbunga-bunga. "Sayang Ayang..."
"Sayang Kakak juga," Balas Alaya lembut, menaruh handuk basah di gantungan yang terletak di belakang pintu kamar.
"Kita bulan madu ke Bali aja ya Mah."
"Ayang setuju ga?""Iya setuju."
"Nanti Haidar, Alya sama Tristan di ajak juga kan?"Alden langsung melotot dengan tangan berkacak pinggang. "Ga sekalian aja, Ayah, Bunda, tali rafia, Sianida, Tito, siti, duda dua kali, sama tetangga depan rumah diajak," Semburnya berapi-api.
Alaya tertawa pelan, menyemprotkan parfum ke baju kemeja yang Alden pakai. "Kalo ga di ajak kasian Kak. Lagian nanti siapa yang jaga?"
"Kita titip bentar ke panti asuhan."
Plakkk...
"Ihh Ayang... Sakit tau," Alden mengusap lengannya yang terasa panas.
Alaya menatap Alden kesal. "Enak aja, mau nitipin mereka ke panti asuhan."
"Kan becanda doang, Ayang..." Alden langsung gelagapan, ia lupa kalau Alaya akan sangat sensitif dan galak jika menyangkut anak-anak.
"Entar aku juga mau nitipin Kakak ke panti jompo. Mau?!"
"Amit-amit, ga mau ke situ Ayang..." Rengek Alden mengekor di belakang Alaya yang berjalan keluar kamar.
"Sekalian, aku masukin Kakak ke rumah sakit jiwa!" Ancam Alaya lagi masih dengan rasa kesal yang memuncak.
"Ayang jangan galak, ga boleh."
"Akunya jangan di marah-marahin, maunya di sayang..." Alden terus saja mengikuti kemanapun Alaya berjalan."Raja drama mulai," Sindir Haidar, sembari menuntun motor mininya keluar rumah.
Bola mata Alden memutar sebal, kalau saja ia sedang tidak ada problem dengan Alaya, sudah ia pastikan motor mini Haidar berada di tukang rongsok detik itu juga.
"Ini masih pagi, mau ke mana?" Tanya Alaya menahan lengan atas Haidar.
"Mau motoran ke taman," Jawab Haidar semangat.
"Sarapan dulu, baru boleh pergi," Tegas Alaya tidak mau dibantah.
"Lyly masih di kamar?" Tanya Alaya lagi, menarik pergelangan tangan Haidar ke meja makan, meninggalkan Alden yang mengerucutkan bibirnya kesal."Iya, Lyly masih sisiran tadi."
Alaya mengangguk, menyiapkan makanan untuk Haidar makan, juga satu gelas air putih. Menyempatkan mengelus lembut atas kepala bocah kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...