Udara malam ini terasa dingin, membuat Alaya berinisiatif membuat sayur sop untuk menu makan nanti. Wortel yang sudah di potong kecil-kecil, ia masukan ke dalam wajan yang sudah terisi air dengan keadaan api kompor yang menyala.
Kepala Alaya menggeleng saat mengingat bagaimana panasnya pertempurannya dengan Alden tadi sore, dan bahkan Alden sendiri masih tertidur pulas dengan selimut yang membungkus tubuhnya.
Sedangkan Haidar dan Alya sepertinya masih di kamar masing-masing, karena dari tadi Alaya belum mendengar suara gaduh yang di sebabkan keduanya. Entah itu karena berebut mainan atau karena Haidar yang kesal sebab Alya terus menganggunya.
"Haidar, Lyly! Keluar sayang... Kita makan."
Alaya menaikan sebelah alisnya, perasaan yang ia panggil Haidar dan Alya, tapi kenapa yang muncul di hadapannya sekarang adalah... Alden.
"Ayang nih... Manggil Haidar sama Lyly aja kenceng. Nama aku malah ga di panggil, aku kan jadi iri..." Omel Alden dengan wajah kusutnya.
"Tadi aku kira Kakak masih cape, jadi niatnya mau aku bawa aja makanannya ke kamar," Alaya menjelaskan, meletakan wadah berisi sayur sop ke meja makan.
Alden memegang tangan Alaya erat, wajahnya masih nampak kesal. "Aku mau makan, tapi disuapin."
Kepala Alaya mengangguk, menekan pundak Alden, menyuruhnya duduk. "Iya nanti disuapin, tapi... Aku masih harus buat tongseng."
Bola mata Alden berkedip beberapa kali, menarik pinggang Alaya mendekat. "Ayang ga cape?"
"Ga, biasa aja."
"Beneran?"
"Kalo anak kita gimana?" Tanya Alden beruntun, mendongakkan wajahnya ke atas."Ga cape juga."
"Udah ah lepas, kalo Kakak meluk terus kan nanti selesai masaknya makin lama."Dengan tidak rela, Alden terpaksa melepas tangannya yang melingkar di pinggang Alaya. "Tapi masih mau peluk lho Yang..."
"Aku mau masak dulu Kak."
Wajah Alden tertekuk masam, menelungkup kan wajahnya lada lipatan tangan. "Prioritas Ayang mah masak, aku malah di nomer dua in."
Alaya menarik napas pelan, tetap berjalan ke arah kompor. "Mandi dulu Kak, nanti boleh peluk."
"Beneran Yang, ga boong kan?" Seru Alden semangat, bahkan kini wajah kusutnya sudah tidak terlihat.
"Janji Kakak sayang..."
Tanpa membuang waktu, Alden langsung berlari ke dalam kamarnya, ia akan mandi dengan kembang tujuh warna, kali saja dengan itu Alaya akan mau di peluk lama olehnya.
Sedangkan Haidar dan Alya terlihat baru saja keluar kamar, menggunakan baju tidur dengan motif beruang yang membuat keduanya nampak semakin menggemaskan.
Tok... Tokk... Tokkk...
Alaya mencuci tangannya, menyempatkan mengelus lembut rambut Haidar dan Alya sebentar. Kemudian berlalu ke depan.
"Maaf, ada perlu apa ya, Mas?" Tanya Alaya sopan, di depannya sekarang ada laki-laki yang belum pernah sama sekali ia lihat.
"Sebelum saya juga minta maaf Mbak, kedatangan saya di sini ingin mengantarkan paket."
"Paket?" Beo Alaya bingung.
"Atas nama siapa?"Kurir itu nampak melihat kertas di tangannya. "Di sini tertulis atas nama Alden... Tampan."
Hampir saja Alaya menyemburkan tawa geli nya, kepedean Alden benar-benar sudah melebihi batas normal.
"Maaf Mbak, tapi nama yang tertera di sini memang seperti itu," Jelasnya sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...