Keinginan awal membuat mie goreng untuk selingan pengganjal rasa lapar, malah berakhir di atas kasur dengan adegan di sensor sedemikian rupa, kini Alaya dan Alden terlihat sudah kembali segar dengan rambut yang basah.
Dengan telaten Alden membantu mengeringkan rampung basah Alaya, sesekali ia akan mencium atas kepala Alaya dengan sayang. "Aku sayang pake bangettt... Sama kamu Yang. Beneran, anti tipu-tipu."
"Aku juga sayang kamu Kak," Alaya tersenyum manis.
Senyum manis Alaya membuat Alden berbinar, terlihat sangat cantik. "Mama cantik banget sih..." Gemas Alden, mencubit pipi Alaya yang kini kembali berisi, mungkin ini salah satu efek hamil.
Alaya tersenyum tipis, mengambil sisir dari atas meja rias. "Coba Kakak nunduk, aku mau sisirin rambutnya."
Langsung saja Alden menurut tanpa banyak protes. "Yang rapi yang Mah, biar aku ketampanan aku tambah pari purna."
"Iya sayang..."
Alden tersenyum lebar, panggilan sayang Alaya masih menjadi sumber hatinya yang langsung dapat berbunga-bunga.
"Nah, sekarang Kakak udah handsome," Alaya menatap puas rambut Alden yang kini sudah tertata rapih.
Kedua sudut bibir Alden semakin terangkat ke atas, menjawil hidung Alaya. "Besok kita ke dokter ya, buat periksa kandungan."
"Ga mau ah, lagian aku sama anak kita sehat-sehat aja ko," tutur Alaya tidak setuju, berdiri dari duduknya.
"Harus periksa pokoknya, calon anak kedua kita juga butuh vitamin Yang!"
"Vitaminnya beli aja langsung di apotek Kak," cetus Alaya membuka pintu kamar.
Alden berjalan mengikuti Alaya di belakang. "Mana bisa kaya gitu, Mama harus di periksa dulu biar dosis obatnya sesuai!"
"Tapi aku ga mau ke rumah sakit kak!" Jerit Alaya kesal.
Dengan sigap Alden langsung mengelus-elus punggung Alaya yang bergetar, jangan sampai Alaya menangis, ia tidak rela itu. "Udah iya ga ke rumah sakit, jangan nangis."
Alaya mengangguk pelan, mendudukkan bokongnya pada kursi rotan yang ada di depan teras rumah.
Alden ikut mendaratkan bokongnya pada kursi kosong di samping Alaya, menyampingkan badannya demi bisa menatap wajah Alaya. "Tapi nanti Dokternya aku suruh kesini aja ya, mau kan?"
Lagi-lagi kepala Alaya mengangguk ringan, membuat senyum Alden merekah, Alaya sudah mau diperiksa saja ia sudah sangat bersyukur.
Bunyi mobil memasuki halaman rumah membuat keduanya yang tadi asik mengobrol seketika langsung mengalihkan pandangan ke asal suara.
"Mobil siapa itu Yang? Kinclong amat."
"Ga tau, kan dari tadi aku sama Kakak."
"Harus tau dong Yang!"
"Dibilang ga tau juga!" Balas Alaya ikut kesal.
Alden cengengesan, Alaya nya mulai emosian ternyata. "Iya udah iya jangan marah, tadi aku cuma becanda."
Telapak tangan Alaya langsung mengelus perutnya sendiri dengan lembut, menundukkan kepalanya. "Anak Mama sayang, bawaannya jangan kesel terus sama Papa dong, kasian."
Sedangkan Alden yang melihat siapa gerakan pemilik mobil berwarna hitam itu langsung menyeringai tengil. "Sasaran empuk nih," gumamnya senang.
Bola mata Alaya berbinar. "Kak Raffasy-"
Alden segera menutup mulut Alaya dengan telapak tangannya yang besar, mendelik tidak terima pada Alaya. "Aku tau Yang, tali rafia makin mateng, menggoda kaya apel nya putri tidur, tapi inget ya, mata kamu ini cuma boleh liat kagum sama ketampanan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...