Berkat ide gila Alden yang ingin menggiling Belrissa ke dalam mobil molen, membuat Belrissa sempat meraung tidak terima, dan berakhir berlari keluar ruangan dengan derai air mata. Namun, yang namanya Alden tidak akan peduli bahkan mempunyai rasa kasihan saja tidak.
"Gila lo bro," Buwana berdecak, sembari mengepulkan asap rokoknya.
"Kasian gue liatnya."Alden berdecak sinis. "Kalo lo kasihan, nikahin sana. Gitu aja ribet."
"Dih ogah, gue udah ada calon bidadari surga, masa mau belok sama medusa."
"Gaya lo bidadari surga, calon aja kaga ada," Sindir Alden sebal, matanya yang tajam mengamati sebungkus rokok milik Buwana yang terletak di meja. Sungguh, ia ingin merasakannya kembali!
Buwana melirik Alden sewot, kemudian menyodorkan ponselnya. "Calon Istri gue tuh."
Mulut Alden menganga, di layar ponsel menampilkan sebuah foto perempuan berparas ayu dengan balutan jilbab segi empatnya. Nampak anggun.
Alden kembali mengembalikan ponsel pada pemiliknya, kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri. "Dia terlalu subhanallah buat lo yang astagfirullah."
"Ponakan Fir'aun kalo ngomong, minta langsung di buatin tempat peristirahatan terakhir."
"Lama-lama, bibir lo gue smoothing juga nih!"
Buwana terbahak, mengangkat kedua tangannya ke udara, seolah pasrah tidak ingin berurusan dengan Alden.
"Ga ngerokok lo?"
"Udah janji gue sama Ayang," Jawab Alden dengan nada lesunya.
"Kan Istri lo ga ada, ga bakal tau," Pancing Buwana sengaja. Menyodorkan bungkus rokok juga korek api ke hadapan Alden.
Alden menyeringai, berdiri dari duduknya. "Gue bakal bilangin Ayang, kalo lo ngajarin anak sepolos dan selugu gue hal yang ga baik."
Mulut Buwana terbuka lebar, tidak habis pikir lagi dengan tingkah random Alden yang selalu bisa membuat darahnya naik seketika.
"Gue mau pulang buat laporan ke Ayang, kalo di resto pergaulannya keras. Mending gue di rumah aja, biar ga ternodai," Ungkap Alden senang bukan kepalang atas ide yang ia dapat untuk alasan jika Alaya kembali memaksanya ke resto.
"Tunggu," Cegah Buwana ikut menyusul Alden ke arah pintu ke luar.
Namun Alden langsung ngibrit ke luar tanpa menghiraukan Buwana yang terus memanggil-manggil namanya.
*
"Kan aku bilang abis dzuhur, ini baru jam 11 kenapa udah pulang," Omel Alaya, berjalan mendekat dengan tangan kanan yang menopang punggungnya yang terasa pegal.
Alden cengengesan, membantu Alaya duduk. "Akunya kangen lho Yang..."
"Di resto Kakak ngapain aja?"
"Tadi ada Belrissa nyamperin aku Yang!"
"Gila dia Yang, untung aku kuat iman."Kelopak mata Alaya mengedip beberapa kali, senyum tipisnya terbit. Belrissa, ia ingat. "Pacar Kakak dulu."
"Ih, bukan..." Sangkal Alden tidak terima.
"Aku jomblo dari lahir, pacaran pertama kali sama Ayang, langsung nikah juga.""Ya udah iya," Alaya mengalah, dari pada nanti obrolannya merembet ke mana-mana yang nanti berujung mereka bertengkar.
"Ayang!"
"Apa?"
"Tadi, Buwana nyuruh aku ngerokok."
"Padahal aku udah jelasin, kalo aku ada janji sama Ayang ga boleh ngerokok lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...