5. Alden & Alaya

25.1K 2.9K 374
                                    

"Assalamualaikum," salam kedua anak kecil itu mencium punggung tangan Alaya kemudian langsung masuk ke dalam mobil.

"Walaikumsalam," jawab Alaya tersenyum manis.

Bukannya menyusul kedua anak kecil itu, Alden malah melingkarkan tangannya pada pinggang sang Istri, menatap wajah cantik itu dalam. "Ayang..."

"Kenapa, hm?" balas Alaya tidak kalah menggoda dengan Alden. Ikut mengalungkan lengannya pada leher laki-laki itu.

"Suami Ayang ini mau kerja, cari uang buat masa depan. Doain lancar, selamet terus dapet keuntungan besar."

"Iyaa, aamiin."

Alden mendekatkan wajahnya pada telinga Alaya. "Nanti jangan lupa pantengin ponsel terus lho."

"Emangnya kenapa, Kak?" tanya Alaya bingung.

Senyum menggoda Alden muncul. "Soalnya, nanti aku pasti bakal rindu Ayang. Jadi mau video call. Mau liat wajah Mamah yang cantik."

"Haiss... Bisa gila aku kalo Kakak manis terus..." Ujar Alaya jujur, membenamkan wajahnya pada dada bidang sang suami.

Alden tergelak, memeluk tubuh Istrinya erat. "Dulu Ayang kan suka ngeluh sama sikap ketus aku, jadi sekarang aku mau berubah jadi manis, biar Mamah awet muda."

"Kenapa aku bisa awet muda?"

"Soalnya nanti aku bakal jarang buat Ayang marah."

"Hahaha... Kakak emang paling bisa kalo suruh jawab," alaya tertawa, melepas pelukannya.
"Udah sana, tuh anak-anak kasian kalo harus nunggu lama. Takut telat juga."

Walaupun kelihatan tidak rela akhirnya Alden berpamitan setelah berhasil mendapat tambahan energi, kecupan Istrinya tepat di bibirnya. Walaupun hanya sebentar.

Dari balik kaca dekat pintu, Indah menatap interaksi itu dengan manik mata yang memancarkan hal yang tidak biasa.

Alaya tertawa pelan, melihat mobil yang dikendarai Alden sudah menghilang dari pekarangan rumah. Alden dan semua sikapnya yang bervariasi sungguh membuatnya selalu bahagia.

Dirasa tidak ada keperluan lagi, Alaya pun masuk kembali ke dalam rumah. Manik matanya langsung menatap Indah yang sedang berdiri menjulang di dekat pintu.

"Eh, Mbak Indah. Udah bangun?"

"Iya."

Mendapati respon singkat dan juga pandangan tidak enak itu membuat Alaya jadi sedikit cemas. "Eum... Mbak, kalo mau makan udah ada dimeja. Mbak tinggal siapin sendiri."

Indah tidak bersuara, tapi matanya masih menatap Alaya dengan kelopak mata yang tidak berkedip sama sekali.

Alaya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, meringis ngeri. "Mbak kenapa? Ko liatin akunya gitu banget."

"Ga papah, wajah kamu cantik. Aku cuma mau tanya, kamu pake bedak apa?"

"Oh kirain kenapa, hehe..."
"Tapi maaf Mbak, sejak nikah aku udah lama ga pake bedak apa-apa lagi."

"Yahh, padahal aku juga mau biar cantik kaya kamu."

Kedua duduk di kursi teras.

"Mbak cantik ko. Tapi kalo mau, nanti aku bisa anterin Mbak ke toko kosmetik di daerah sini," tawar Alaya mulai terbiasa mengobrol dengan saudara tiri dari Alden itu.

Tanpa sepengetahuan Alaya Indah tersenyum menyeringai. Kepalanya mengangguk pelan. "Boleh, tolong nanti anterin aku ke sana."

*

Alaya menapakkan kakinya ke dalam supermarket, niatnya ke sini ingin membeli sayuran, buah dan daging untuk stok di kulkas yang sudah mulai habis.

Tadi ia juga sempat mengajak Indah agar ikut, tapi perempuan itu tidak mau. Lebih memilih bersantai di depan tv dengan satu pack biskuit selai kacang.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang