Alden tidak berhenti berjalan mondar-mandir di hadapan Alaya yang kini duduk di sofa ruang tamu. Bibirnya bergerak mengomel tentang kejadian di taman pagi tadi.
"Ngomelnya udah dong Kak, emang ga cape apa?"
"Sama sekali ga, malah aku mau ngomel sampe besoknya lagi."
Alaya mendengus, memilih menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Sanggup?"
"Ya ga si."
"Aku kan manusia, bukan robot."
"Tapi masih kesel sama Ciki-cikian itu, masa dia ga percaya kalo aku suami kamu, Yang.""Namanya Cihko, Kak."
"Tuh kan Ayang malah belain dia!" Sembur Alden berapi-api, melipat tangannya di depan dada dengan kepala melengos tidak mau menatap wajah Alaya.
Hembusan napas pelan Alaya keluarkan, menarik ujung baku kaos yang dipakai Alden. "Gitu aja ngambek."
"Mama bilang gitu aja?!"
"Aku ini cemburu Yang, kamu lebih belain Ciki-cikian dari pada aku, suami kamu sendiri!""Dia juga sahabat aku Kak," tutur Alaya lugu.
"Sebelum aku deket sama Kakak, aku lebih dulu kenal sama Chiko."Wajah Alden merah padam, menyentak kasar tangan Alaya hingga tarikannya terlepas. "Terserah kamu aja deh!" bentaknya berniat pergi dari sana.
Alaya kembali menarik ujung baju Alden, ia menyesal karena sudah melukai ego Alden sebagai seorang suami. Tidak seharusnya ia lebih membela Chiko dari pada Alden.
"Lepasin."
"Jangan sampe aku lukain kamu," ucap Alden setengah memohon, emosinya yang kini sedang naik pitam membuatnya takut tidak sadar malah melukai fisik bahkan mental Alaya.Kepala Alaya menggeleng. "Ga boleh pergi."
"Di sini aja, temenin aku.""Suruh aja Chiko temenin kamu!" jawab Alden sensi.
"Suami aku kan Kakak, bukan Chiko."
Alden menyeringai, melepas paksa tarikan tangan Alaya pada bajunya. "Kan tadi kamu lebih belain dia."
Kepala Alaya menunduk. "Maafin aku Kak."
"Ga segampang itu... Rukoyah."
"Alaya, bukan Rukoyah!"
"Ko, jadi kamu yang galak?!" Balas Alden sewot.
Bibir Alaya cemberut, merentangkan kedua tangannya. "Sini peluk biar emosinya reda."
Wajah Alden melengos, jangan sampai ia tergoda dengan rayuan Alaya. "Ga mau, harga diri aku murah banget kalo di peluk langsung nyosor."
"Peluk sama cium deh."
"Masih kurang."
Alaya menggaruk pelipisnya bingung. "Biar pas, harus ditambahin apa?"
"Nanti malem, aku mau 7 ronde."
"Mulutnya!" Tegur Alaya ketus, Alden yang berbicara tapi entah kenapa jadi ia yang malu.
Alden mendelik. "Jangan ngegas."
Menghembuskan napasnya pelan, Alaya mengangguk pasrah. Kembali merentangkan kedua tangannya. "Sini peluk dulu."
Walaupun wajah Alden masih terlihat tidak bersahabat, namun ia tetap membalas pelukan dari Alaya dengan erat. "Ayang nanti kuat ga?"
"Apanya?" Tanya Alaya.
"Yang olah raga 7 ronde lho Mama..." Jawab Alden gemas, semakin memeluk tubuh Alaya erat.
"Ga tau, udah ah jangan bahas itu terus. Malu tau."
Alden terbahak, mencubit kedua pipi Alaya gemas. Manik matanya berkilau terang. "Nanti aku beliin jamu kuat deh biar tahan banting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...