Sesampainya mobil yang dikendarai Alden di teras rumah, Alya langsung berlari masuk ke dalam. Haidar yang sedang menonton televisi pun sampai terkejut ketika pintu depan di buka kencang.
Matanya sempet bertubrukan dengan Alya, segera saja ia langsung membuang pandangan pura-pura tidak melihat. Kembali asik menonton tayangan televisi di hadapannya.
Kaki Alya menghentak kesal melihatnya. "Dasar nyebelin!"
Haidar mematikan televisinya, berjalan tenang memasuki kamar. Kemudian menguncinya dari dalam.
Alya menangis, ikut masuk ke dalam kamarnya sendiri.
"Putrimu Yang, berapa lama nginep di sana. Sampe pulang bawa koper." Gerutu Alden menyeret koper pink milik Alya.
"Coba mana sini aku liat."
Saat koper terbuka, kepala Alaya menggeleng tidak habis pikir. "Ini mah barang baru semua Kak." Celetuk Alaya sembari menunjukan salah satu potong gaun berwarna navy.
"Selera putri kamu lho Yang, ga main-main sekarang." Alden berdecak ketika melihat merek bajunya.
"Memangnya ini harga berapa?"
"Bisa beli satu motor."
Bibir Alaya terbuka, melotot. "Hanya untuk gaun ini?"
"Iya." Tawa Alden, mengacak gemas rambut sang Istri.
"Ayah dan Bunda mu terlalu berlebihan memanjakan Lyly Kak."
"Maklum Yang, cucu perempuan satu-satunya."
"Tapi ga harus gini, ini baru satu gaun belum yang lain." Omel Alaya berdiri. "Aku mau ke kamar Lyly."
"Ngapain?"
"Beresin ini semua."
"Nakula gimana?" Tunjuk nya pada Nakula yang terlelap di gendongannya. Batita satu ini memang kerjaannya hanya tidur dan minum susu.
"Kamu jagain lah. Di ayun."
"Bajunya di ganti ga?"
"Ganti, pakein kaos dalem aja. Sepatunya juga copot, kasiin minyak telon perut sama telapak kakinya biar anget."
"Siap!" Patuh Alden langsung melaksanakan perintahnya.
Alaya berjalan masuk, menemukan Alya yang masih menangis di balik selimut.
"Lyly ga cape nangis terus?"
Selimut yang Alya pake tersingkap. "Lyly mau tinggal di rumah besar Kakek dan Nenek aja. Ga mau di sini."
"Kenapa gitu?" Tanya Alaya santai, tangannya bergerak memindahkan semua yang ada di koper ke dalam lemari.
"Lyly malu punya orang tua rumahnya kecil?"
"Iya." Tanpa beban Alya berkata jujur.
Alaya tersenyum tipis. Menaruh koper yang telah kosong ke bagian paling atas lemari. "Mau Lyly gimana?" Alaya duduk di pinggir kasur, mengelus rambut acak-acakan sang Putri.
"Lyly mau tinggal di rumah besar kaya punya Kakek dan Nenek. Pembantu yang yang banyak, punya mobil sama supir pribadi."
"Papa mu juga sangat mampu mengabulkannya."
Mata sembab Alya berbinar. "Terus kenapa ga kaya gitu?"
"Lebih baik kita berhemat." Perkataan Alaya membuat raut berseri-seri Alya meredup.
"Mama pelit!"
Alaya bangkit, membenarkan selimut. "Hidup tidak selamanya di atas sayang, Mama lebih baik hidup sederhana. Menyimpan semuanya untuk menjamin pendidikan kalian bertiga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
RomanceMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...