"Udah?"
Alaya menerima uluran tangan Alden. "Maaf ya, Kakak jadi repot gini."
"Ih Ayang ga repot sama sekali, padahal kalo di suruh cebokin juga mau banget aku."
"Cangkemu!"
Alden terbahak, menepuk lembut atas kepala Alaya. Memasuki trimester ke tiga membuat Alaya jadi sering bulak balik ke kamar mandi untuk pipis, sehingga Alden lebih ekstra menjaga sang Istri lantaran takut terpeleset lantai yang licin.
Tidak hanya jadi lebih sering buang air kecil, saat malam Alaya juga sulit tidur. Mengharuskan Alden rela membuat beberapa kali seduhan kopi agar ia bisa menemani Alaya begadang.
Pipi Alden bersemu merah saat tidak sengaja matanya menangkap bagian dada Alaya yang basah.
"Ayang itu."
"Kenapa Kak?"
"Nenennya basah."
Tatapan Alaya jatuh ke arah dadanya. Menghela napas. "Aku cape kalo harus ganti baju lagi."
"Eh ga usa ganti baju lagi, sini aku isep aja biar asinya ga mubajir."
"Dosa lho Yang.""Puting aku sakit Kakak isepin terus!"
Alden cengengesan, namun di otaknya memikirkan berbagai siasat agar Alaya memenuhi keinginannya.
"Coba mana liat."
"Liat aja, jangan di apa-apain."
"Iya iya ga." Jawab Alden judes.
"Gede Yang, hehe..."Alaya menghiraukan itu, memejamkan matanya dengan nafas mulai teratur. Apa lagi saat Alden meniup pelan di bagian sensitifnya, rasa perihnya pun berkurang.
"Kak jangan di jilat!"
"Nyicip dikit lho Yang."
Alaya pasrah saat Alden kini malah menyedotnya, mau di larang sekeras apapun. Alden tetaplah Alden, tidak akan menurut jika masalah kenikmatan.
Kata dokter tempat ia sering cek up kandungan, keluar air susu padahal masih hamil itu hal wajar. Yang tidak wajar adalah kelakuan Alden yang meminum air susu tersebut dengan alasan mubajir.
"Yang satu aku isep juga ya Yang, tanggung nanti cemburu."
*
Alden menatap jengah pada perempuan di hadapannya, yang setiap hari selalu mampir dengan dalih mati listrik, takut di tinggal sendiri hingga alasan tidak masuk akal lainnya, siapa lagi kalau bukan Sia.
"Laki kamu nih Ya, sinis banget dari tadi!" Adu Sia sembari menjulurkan lidahnya ke arah Alden.
"Bukan sinis lagi, gua bahkan udah muak liat muka lo!"
"Ya! Alden omongannya jahat banget tau!"
"Cepu banget asu!" Alden kembali ngegas.
"Bodo!"
Alaya datang, bergabung duduk lesehan dengan keduanya di teras pekarangan rumah. Meletakkan puding susu coklat ke tengah.
"Kak Sia itu tamu loh, jadi harus di hormati."
"Ayang kalo tamunya sebulan sekali itu wajar, ini mah masa datengnya setiap hari!" Protes Alden tidak terima
"Suka-suka gua dong!" Balas Sia sebal, merampas semua puding buatan Alaya kemudian memakannya rakus, membuat Alden langsung berseru tidak terima.
"Bagi gua dikit puding nya ibu Siti!"
Alaya menggeleng pelan, kelakuan Sia juga Alden sama saja, keras kepala dan tidak mau mengalah satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alden & Alaya 2
عاطفيةMasih ingat kah kalian pada kami? Kami harap, kalian ingat. Sudah lewat beberapa tahun sejak kisah pertama di ending kan, kini kami datang kembali untuk membalas ke rinduan kalian. Alden yang kian pintar melempar gombalan dan rayuan recehnya dengan...