Epilog

690 60 1
                                    

Seorang ibu rumah tangga yang masih berusia cukup mudah di antara perempuan lain.

Seorang ibu rumah tangga yang dikaruniai satu pasang anak kembar. Ia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan dalam rumah tangganya.

Ini berawal dari sebuah perjodohan yang membawa dirinya sekarang menjadi ibu rumah tangga di usia mudanya.

Ia sama sekali tidak mencintai pasangannya. Ia hanya terpaksa menerima perjodohan ini agar orangtuanya tidak kecewa.

Tepat, pada hari ini. Ia harus memutuskan untuk bercerai dengan sang suami. Sedangkan sang suami sangat menyetujuinya.

Mereka berdua adalah dua insan yang tidak saling mencintai. Mereka berdua menikah hanya semata-mata ingin membahagiakan kedua orangtua mereka. Perjodohan yang disetujui oleh kedua belah pihak orangtua mereka. Tapi, mereka tidak setuju. Karena mereka tidak saling mencintai, tidak saling mengenal.

Mereka berdua hanya dua orang asing yang dipaksa untuk saling menyayangi. Nyatanya cinta tidak bisa dipaksakan. Tidak bisa dicoba-coba.

Setelah mendapat surat pernyataan resmi perceraian dari pengadilan. Kini perempuan itu sedang menggendong seorang bayi mungil berusia 1 tahun.

Ia menetap sang mantan suami dengan biasa saja. "Saya masih bisa bertemu dengan anak saya," ujar seorang lelaki yang menggendong seorang bayi mungil berusia 1 tahun.

Perempuan itu tersenyum smirk. "Nggak bisa. Anda, urus aja bayi itu, dan saya akan mengurus bayi ini sampai dia besar nanti." Lalu, perempuan itu berjalan masuk ke dalam mobil seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi.

Mereka berdua sudah berada di rumah mewah minimalis modern. Suasana baru bagi perempuan itu. Beberapa hari lagi. Maka, ia akan hidup bahagia bersama dengan orang yang dicintainya juga yang mencintainya.

• • •

Hari berganti Minggu. Tepat pada hari ini. Ia resmi menjadi istri dari duda anak 1. Istri pertamanya sudah meninggal karena kejadian tabrak lari pada saat istrinya ingin pulang ke rumah dari kantornya.

Mereka sudah lama saling mencintai. Sejak masa sekolah mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Namun, hubungan mereka kandas pada saat perempuan itu harus menerima perjodohan dari orangtuanya. Tapi, mereka masih saling mencintai sampai pada saat ini.

Mereka berada di dalam kamar. Ditemani dengan dua bayi yang menggemaskan. Yang satu bayi perempuan, anak dari perempuan yang beberapa minggu lalu bercerai dengan sang suami. Sedangkan satu lagi, bayi lelaki, anak dari lelaki duda yang ditinggal meninggal oleh sang istri.

Beda usia anak mereka hanya berjarak 2 tahun. Yang perempuan berusia 1 tahun, dan yamg lelaki berusia 3 tahun.

Minggu, berganti bulan. Bulan berganti tahun. Usia pernikahan mereka sudah berjalan 15 tahun. Kini anak-anak mereka sudah tumbuh menjadi remaja tangguh. Kedua remaja ini yang menjabat sebagai sepasang abang, dan adik yang tidak mempunyai hubungan darah. Kedua anak mengetahui bahwa mereka adalah saudara kandung yang saling menyayangi. Padahal mereka berdua tidak ada hubungan darah apapun.

Di sini lah mulai timbul kebohongan yang harus terus ditutupi dengan sangat rapat. Sepandai-pandainya kita menutup bau bangkai pasti akan tercium juga kelak. Aromanya tidak bisa menghilang. Jejaknya tidak bisa terhilangkan.

• • •

Bunga dan Arga melebarkan kedua matanya. Sebagian tanda mereka tidak percaya. Sedari tadi omanya sudah menjelaskan semuanya. Semua kebohongan yang ditutupi oleh Elis dan Hermansyah.

"Oma lagi nggak bercanda 'kan?" Tanya Bunga dengan lembut.

"Oma serius Na." Oma berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan sebuah kotak dari dalam lemari itu.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang