35. Ujian

302 53 1
                                    

Cinta-cinta, makan tuh cinta. Pintar enggak, bodoh iya.
Arga Syaufiq Anderan

Sejak pulang sekolah tadi. Bunga langsung berhadapan dengan buku bersama dengan Arga.

Kini mereka berdua sedang berada di taman belakang rumah. Ditemani dengan cemilan yang dibuatkan oleh bi Ani.

Bunga sedang mengamati buku besar pelajaran kimia dengan cermat. "Bang, ini gimana sih?" Tanya Bunga kepada Arga.

Arga pun melihat ke arah telunjuk Bunga. Arga berdecak. "Tadi 'kan udah gue jelasin. Lo mah mata doang yang di sini, tapi, pikiran lo tuh ke Seraga mulu," cerocos Arga.

"Perasaan gue cuma nanya 4 kata deh. Lah, dia jawabnya panjang bener," gumam Bunga.p

Arga masih mendengarnya sedikit. "Apa lo bilang, ha?" Tanya Arga.

Bunga cengengesan. "Abang ganteng," ungkap Bunga.

"Idih."

"Dibilang ganteng juga," cerca Bunga.

Arga kembali berdecak. "Ini terakhir kalinya gue jelasin. Kalau lo nggak paham juga. Angkat kaki dah lo dari rumah," sungut Arga.

Bunga meringis. "Kejam banget sih," cibir Bunga.

Arga bangkit dari hadapan Bunga dan berjalan ke samping Bunga. "Kalau nggak kejam. Lo nggak bakalan serius belajarnya. Entar nilai lo jelek lo aduin gue ke ayah karena nggak becus ajarin lo," sosor Arga.

Bunga tersenyum. Ini yang disukai oleh Bunga. Bunga sangat suka jika ada seseorang yang menasehatinya. Memberikan yang terbaik untuknya. Walaupun sudah tidak ada lagi bunda. Tapi, ada Arga dan Hermansyah yang selalu menasehatinya.

Arga pun mulai mengajarkan materi-materi tentang pelajaran kimia. Bunga memerhatikan wajah Arga yang sedang serius mengajari dirinya. "Bang, muka lo ganteng juga ya," ujar Bunga meneliti setiap sudut permukaan wajah Arga.

Arga yang dipuji pun menjadi terbang. "Gue tau. Semua orang juga tau," sahut Arga yang masih tetap di posisi awalnya tanpa melihat Bunga.

"Tapi, sayang."

Arga menaikkan satu alisnya pertanda bingung. "Sayang apa?" Tanya Arga.

"Sayang jomblo," jawab Bunga tertawa.

"Jomblo teriak jomblo," balas Arga masih tetap pada posisinya yang melihat ke arah Buku besar.

"Gue nggak teriak kok. Biasa aja tuh," sela Bunga cengengesan.

"Sekali lagi lo ngomong. Fix, gue nggak segan-segan bilang ke ayah," tandas Arga.

Bunga terdiam. Tidak ingin dirinya di omelin oleh sang ayah. Lebih baik diam, dari pada semuanya menjadi lebih rumit.

Bunga kembali pokus kepada Arga yang sedang menjelaskan pelajaran kimia. Dirasa Bunga sudah cukup paham tentang materi kimia. Kini berganti ke pelajaran fisika.

"Bang istirahat dulu dong. Gue lelah. Letih. Lesuh," ungkap Bunga berlebihan.

"Gimana mau pintar kalau belajar aja malas," sindir Arga.

Bunga sangat bosan. Bunga mengambil handphone di meja tempatnya belajar. Lalu membuka sosial medianya berniat untuk stalking Seraga "mantan."

Dilihatnya postingan Seraga yang sudah lama. Sudah pernah dilihat. Tapi, tidak pernah jenuh mata memandang.

"Andai kubisa ingin aku memelukmu lagi ...
Oh, di hati ini hanya engkau mantan terindah ... Yang selalu kurindukan." Bunga melantunkan lagu yang berjudul 'mantan terindah' dari Raisa.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang