38. Susunya Erlan

300 49 1
                                    

Hasil nggak pernah mengkhianati usaha, maka dari itu usaha lah dengan giat agar mendapatkan hasil yang didambakan.
•Bunga Lestarisa Anderan

Bunga memasuki kelasnya dan langsung duduk di bangkunya. "Lo kenapa?" Tanya Zaynaqila menghampiri bangku Bunga.

Di kelas hanya ada Zaynaqila, Maya, Satya, dan Erlan. Pasang mata mereka menyorot heran kearah Bunga.

Bunga menelungkupkan wajahnya di atas meja. Zaynaqila mengangkat kepala Bunga agar berdiri tegak. Mereka semua terkejut wajahnya Bunga sudah dibanjiri air mata.

"Astaga mantan gue kenapa nangis," cecar Erlan dan beralih duduk di sampingnya Bunga.

"Na, lo kenapa? Cerita dong jangan nangis aja. Kita nggak tau lo kenapa," timpal Maya.

"Iya Na. Muka lo tuh nggak cocok melankolis. Cocoknya tuh smile," celetuk Satya.

"Kalau gue cerita, please jangan kasih tau bang Arga," pinta Bunga tersedu-sedu.

"Iya janji."

Bunga mulai menceritakan kejadian tadi yang di lapangan secara detail dengan suara yang tersedu-sedu.

"Bangsat!" Umpat mereka.

Satya dan Erlan yang tadinya tidak tau bahwa Bunga pacaran sama Seraga hanya karena amnesia. Kini jadi tau bahwa Seraga benar-benar tidak punya hati.

"Tangan gue nih gatal pengen nonjok tuh muka belagunya," geram Erlan.

"Jangan. Gue nggak mau masalah ini di perpanjang," sanggah Bunga.

"Gue cukup tau. Cukup rasakan. Gue nggak mau jatuh cinta terlalu dalam sama dia lagi," desis Bunga.

• • •

Kini SMA Cendrawana Bangsa sudah dipadatkan oleh murid dan wali murid. Murid yang sedang berbaris di lapangan sedangkan wali murid sedang berada di halaman depan.

Kepala sekolah yang sudah berdiri di depan semua murid. Kepala sekolah mengetuk pelan mikrofon dihadapannya.

"Selamat pagi murid-murid yang bapak sayangi. Pertama-tama kita panjatkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa, karena kita masih bisa bertemu di lapangan sekolah kita yang tercinta ini," tutur kepala sekolah.

"Selamat pagi juga pak," sahut semua murid.

"Seperti tiap tahunnya, saya sebagai kepala sekolah kalian. Maksud dan tujuan saya mengumpulkan kalian di lapangan ini ingin mengumumkan juara umum dari kelas X sampai kelas XII."

"Baiklah akan saya umumkan sekarang," sambung kepala sekolah sambil membuka sebuah map berisikan kertas dengan nama-nama juara umum.

Sebagian murid menampilkan ekspresi wajah yang tegang. Sebagian lagi menampilkan ekspresi wajah yang datar.

Sebagian ada yang deg-degan. Sebagian lagi biasa saja.

Ekspresi wajah Bunga, Zaynaqila, Askara, dan Maya termasuk ke katagori biasa saja. Karena mereka sangat yakin dengan hasilnya yang tidak memungkinkan.

Bukan bermaksud untuk tidak yakin, hanya saja mereka sangat sadar dengan batas potensi yang dimilikinya.

"Baiklah dimulai dari kelas X MIPA. Juara 1 yang memperoleh nilai 90 yaitu Annisa dari kelas X MIPA 1. Kepada Annisa dipersilahkan untuk maju ke depan."

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang