33. Lara

311 50 5
                                    

Lara by:Dialog Senja

-------------------
Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku. Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku.
-----------

Angin malam sedang berhembus menembus kulit Bunga. Bulan di atas langit sedang menyinari Bunga. Taburan bintang sedang kelap-kelip menghiasi langit.

Bunga sedang berada di Rooftop rumahnya. Ditemani dengan alat musik yang selalu menemaninya dikala sedang bersedih.

Gitar sudah berada di pangkuannya. Jari lentiknya mulai memainkan senar gitar. Perlahan namun pasti. Suara gitar mulai mengalun di pendengarannya.

"Ketika senja datang."

"Ku merasa setengah diriku menghilang."

"Bagaikan tak berdosa."

"Kau hancurkan rasa yang selama ini kutanam."

Bunga sangat menghayati lagu ini. Jari lentiknya pun masih menari indah di senar gitar yang berada di pangkuannya.

"Saat semuanya telah pergi."

"Bayangmu kembali mengisi."

"Entah apa yang kau mau."

"Ku tak berhak lagi 'tuk mengungkit kembali."

Bunga terus memetik senar gitar sambil menghirup angin malam yang menerpa rambutnya. Matanya memejamkan seolah menghayati setiap lirik lagu. Lagunya mewakili kondisinya dan isi hatinya saat ini .

"Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku."

"Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku."

Bunga memejamkan matanya. Menikmati setiap kata demi kata yang menjadi rangkain sebuah lagu.

"Ego t'lah menghasutku. 'tuk kembali kepadamu. Namun, logika berkata. Baiknya 'ku menjauh."

Bunga memetik senar gitarnya dengan tempo yang semakin cepat. Mengikuti nada pada lagu ini.

"Jauh."

"Jauh."

"Jauh."

"Jauh."

"Ego t'lah menghasutku. 'tuk kembali padamu. Perang tak membawaku. Untuk pergi menjauh."

Bunga berteriak. Meluapkan segalanya.

Tangannya berhenti sekejap dari gitar. Bunga mengambil napas banyak-banyak. Lalu kembali memetik senar gitar.

"Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku," lantunan suara Bunga.

"Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku."

"Ego t'lah menghasutku 'tuk kembali padamu. Namun, logika berkata baiknya ku menjauh."

"Jauh."

"Jauh."

"Jauh."

"Jauh."

Bunga pun mengakhiri lagunya. Bunga kembali berteriak. Sungguh rasanya sangat sakit.

Sakit rasanya saat orang yang sangat spesial untuk kita. Kini harus menjadi asing.

Terserah orang lain mengatakan kalau Bunga ini terlalu bodoh. Bodoh karena terlalu berlebihan dengan kisah yang tidak sempurna. Namun, usai dalam waktu yang sekejap.

Bunga sedang terduduk di bawah sambil memeluk erat tubuhnya. Wajahnya ditelungkupkan di kedua dengkul yang mengatup.

"Kenapa ini harus terjadi ... Kenapa. Bunga cuma ingin bahagia. Dengan Seraga aja Bunga udah cukup bahagia. Tapi, kenapa harus berakhir. Kenapa," lirih Bunga.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang