44. Dalangnya Maya?

278 41 4
                                    

Makanya, jangan mudah berinteraksi sama orang baru.
•Askara Nabina Iskandar

Sinar matahari masuk melalui celah jendela yang sudah terbuka. Saat Bunga membuka matanya, hal pertama yang diingatnya adalah kejadian kemarin. Saat ia mendapat telepon dari orang yang tidak dikenalnya.

Bunga melihat di sekelilingnya. Bunga sadar bahwa ia, sekarang berada di kamar dengan posisi tangan dan kaki yang diikat.

Dalam benak Bunga tertancap beribu-ribu pertanyaan. Namun, Bunga tidak terlalu memikirkan itu sekarang. Yang dipikirkannya. Bagaimana ia, harus selamat hari ini juga.

"Hallo bos. Gue udah berhasil nih bawa dia." Terdengar suara dari luar kamar yang ditempati Bunga.

Suara lelaki. Lelaki yang membekapnya kemarin. Suaranya sangat kuat. Sampai-sampai Bunga mendengarnya.

"Masih tidur sih dia kayaknya. Coba gue cek dulu deh." Dengan segera Bunga menutup matanya kembali.

Lelaki itu masuk ke dalam kamar yang Bunga tempati dan duduk membelakangi Bunga dan menghadap ke arah jendela.

"Masih tidur nih bos," ucap lelaki itu.

"Boleh gue sentuh dikit nggak nih bos?" Tanya lelaki itu.

Bunga mendelikkan matanya dan sekujur tubuhnya menegang. "Wah, serius nih bos? Ah, nggak bakal gue sia-siakan nih barang bagus," ujar lelaki itu dan menatap Bunga sekilas.

Bunga menenangkan dirinya untuk tidak berspekulasi kejadian selanjutnya. "Siap bos. Jangan lupa transfer ya. Sama bonusnya juga." Lalu panggilan berakhir. Dengan sigap lelaki itu berjalan ke arah Bunga.

Bunga merasa ada pergerakan di atas kasur yang di tempatinya. Bunga masih tetap memejamkan matanya dan melafalkan doa di dalam hatinya.

"Tolong selamatkan Bunga," batinnya.

Namun, apalah daya Bunga. Saat tangan kekar telah bertengger di pipi mulusnya. "Cantik banget sih. Tapi, sayangnya perusak hubungan kedua orang yang saling menyayangi di masa lalu," celetuk pria itu.

Dengan sigap pria itu melanjutkan aksinya dan kini tangannya telah berada di rambutnya Bunga. Dielusnya rambut Bunga dengan pelan. Saat ingin melanjutkan aksinya lebih dalam lagi namun, suara ketukan pintu luar mengganggunya. Dengan segera lelaki itu meninggalkan Bunga. "Sialan!" Umpatnya.

Bunga membuka matanya dan tujuannya saat ini adalah ia, harus menemukan satu barang yang sangat berguna saat ini.

Matanya mengitari ruangan kamar ini. Apa yang dicarinya telah berada sangat dekat dengan dirinya. Di atas nakas. Ada sebuah envlope bag yang di dalamnya berisikan handphone.

Satu cara yang dapat mengatasinya agar keluar dari sini. Yaitu, ikatan pada kaki dan tangannya. Dengan sigap ia, menggeliatkan kaki dan tangannya guna untuk membuka ikatannya.

Bunga memberhentikan gerakannya saat suara pintu kamar terbuka. Bunga kembali menutup matanya. "Dek bangun." Kedua pipi Bunga ditepuk pelan. Suara ini sangat dihapal oleh Bunga.

Bunga membuka matanya secara perlahan. Yang dilihatnya ini benar-benar abangnya. Bunga langsung meneteskan air matanya secara tiba-tiba.

Arga membuka ikatan pada kaki dan tangannya Bunga. Langsung saja Bunga memeluk abangnya. Tubuh Bunga bergetar hebat. Kejadian beberapa menit tadi masih terngiang-ngiang jelas di dalam pikirannya. Sedetik saja mereka telat datang kesini maka, semuanya bakalan hancur.

"Na, lo nggak apa-apa 'kan?" Tanya Askara dan memeluk Bunga diikuti Zaynaqila.

"Sedetik lagi, semuanya bakalan hancur. Untung kalian datang. Kalian tau dari mana gue ada di sini?" Tanya Bunga lirih.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang