28. Membingungkan

427 58 29
                                    

Hargai selagi ada. Ingat, perasaan seseorang tidak selamanya sama.
Reza Adlansyah Ikram

Kini Seraga dan Reza sedang berada di sebuah cafe yang terkenal di Jakarta. Sangat ramai disini. Jam pun sudah menunjukkan pukul 19.00.

"Lo sama Bunga kenapa?" Tanya Reza yang sedang menyeruput minumannya.

"Nggak apa-apa," jawab Seraga.

"Nggak usah bohong. Kalau nggak apa-apa kenapa kalian nggak dekat kayak biasanya?" Tanya Reza.

"Break," jawab Seraga.

"Kenapa bisa?" Tanya Reza.

"Ya bisalah. Gue lagi malas aja," jawab Seraga.

"Sifat lo nggak beda jauh dari anak-anak," ujar Reza.

"Gue tau itu," balasnya acuh.

"Lo jumpain dia. Minta maaf. Lo nggak bisa kayak gini terus. Lo tau 'kan keadaan Bunga? Dia lagi butuh seseorang untuk menyemangatinya. Dia butuh lo." Reza menepuk-nepuk bahu Seraga.

Setelahnya Seraga pergi menuju luar cafe. Seraga menancap kencang motornya menuju arah rumahnya Bunga.

Benar kata Reza. Ia akui dirinya benar-benar kekanak-kanakan. Ia egois. Ia bahkan tidak memikirkan hati Bunga yang sedang kesepian.

• • •

Bunga dan Albarra masih berada di mall. Lebih tepatnya di sebuah restoran yang berada di mall.

Keduanya tengah makan dengan khidmat. Beberapa menit kemudian mereka berdua telah selesai dengan makan malamnya.

"Bar. Udah malam ini, yuk pulang. Nanti ayah gue marah," ajak Bunga yang di angguki oleh Albarra.

Setelah selesai menuju kasir. Mereka berdua menuju parkiran. Albarra menancap kencang gas motornya menuju pelataran rumah Bunga.

Sesampainya di depan rumah. Mereka berdua masuk ke dalam rumahnya. Bunga sangat terkejut saat dilihatnya Seraga sedang duduk berdua di sofa ruang tamu bersama dengan ayahnya.

"Assalamualaikum," ucap Bunga.

"Waalaikumsalam. Kamu kok lama banget pulangnya dek?" Tanya Hermansyah.

"Maaf om. Saya yang ngajak Bunga buat jalan-jalan sampai lupa waktu," ucap Albarra menyalimi tangan Hermansyah.

"Yaudah enggak apa-apa. Lain kali jangan sampai terulang lagi," ucap Hermansyah.

"Baik om."

"Seraga ngapain kesini?" Tanya Bunga.

"Ayah mau ke atas dulu. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan," titah Hermansyah.

"Iya yah."

Kini di ruang tamu tinggalah Bunga, Seraga, dan juga Albarra. "Gue pulang dulu ya Na," ucap Albarra.

"Yaudah. Hati-hati. Oh iya, makasih buat hari ini." Albarra mengangguk.

"Siap. Jangan tidur malam-malam ya. Kalau besok mau berangkat bareng telepon aja gue," ucap Albarra melirik Seraga sebentar.

"Oke siap."

Bunga pun mengantarkan Albarra menuju luar. Setelahnya Bunga kembali lagi ke ruang tamu.

"Na aku minta maaf," pinta Seraga.

"Aku tau aku salah. Aku egois. Aku selalu mementingkan diri sendiri. Aku nggak pernah perduli sama kamu. Maaf. Aku mau ulangi semuanya," mohon Seraga.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang