Semilir angin berhembus kencang. Membuat beberapa helaian rambutnya berterbangan.
Sejak tadi ia menunggu kehadiran seseorang. Sudah setengah jam ia menunggu sendirian di depan pagar sekolah SMP yang bertuliskan 'Harapan Bangsa'.
Rintik 'kan air hujan telah membasahi tubuhnya. Sudah satu jam lebih ia menunggu kedatangan seseorang.
Selalu seperti ini. Ia lelah harus terus-menerus menunggu.
Dengan berat hati ia harus berjalan pulang ke arah rumahnya. Tidak memperdulikan bahwa hujan sudah sangat deras.
"Risa tunggu," teriak seseorang yang sedang ditunggunya sejak tadi.
Ia menoleh ke belakang dan menatap dengan rasa kesal namun, ia tidak mampu untuk menunjukkan rasa kesalnya. Ia bahkan tersenyum ceria menatap seseorang yang meneriaki namanya.
Ia mendekat ke arah orang itu dan membawanya untuk berteduh. "Erlan dari mana aja? Risa dari tadi nunggu Erlan sampai kehujanan," celotehnya.
"Maaf. Aku tadi lagi nemani Sherin di rumahnya. Mami dan papi Sherin lagi di kantor." Orang itu mengelus kepala Risa dengan lembut.
Selalu seperti ini. Di saat orang yang bernama 'kan Erlan lebih mengutamakan Sherina yang notabenenya adalah 'sahabat dari kecil'.
"Kenapa enggak kasih kabar?" Ada rasa kecewa di dalam hati Risa.
Erlan menggenggam erat kedua tangan Risa. "Maaf, maaf, dan maaf."
"Jangan meminta maaf, kalau besok melakukan hal yang sama," lirihnya.
• • •
"Risa." Sherina mengetuk-ngetuk pintu kamarnya Risa.
"Ada apa Sherin?" Teriak Risa dari dalam kamarnya.
"Bukain dulu. Sherin mau cerita sama Risa." Risa bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar untuk membuka pintu.
Sherina dan Risa pun berjalan masuk ke arah kamar Risa. "Ada apa Sherin?" Tanya Risa.
Sherin menggenggam erat kedua tangannya yang ber-air dengan keringat yang sudah bercucur di dahinya. "Erlan bilang sama Sherin kalau Erlan cinta sama Sherin."
Risa tertegun. "Terus Sherin jawab apa?" Tanya Risa.
"Sherin enggak jawab apa-apa. Sherin enggak cinta sama Erlan. Sherin cintanya sama mami dan papi. Tapi, mereka berdua selalu sibuk. Sherin kekurangan cinta dan kasih sayang dari mami dan papi." Sherina menjatuhkan air matanya.
Risa bisa merasakan kesedihannya Sherina yang notabenenya adalah sahabatnya sejak SMP.
Sherina yang memiliki penyakit kanker paru-paru. Namun, orangtuanya seakan tidak perduli kepadanya. Hanya Erlan lah yang selalu ada di sampingnya. Juga Risa dan sahabatnya yang lain.
Sherina terisak-isak menangis membayangkan betapa sedihnya dirinya. Sherina terbatuk-batuk. Lalu, keluar lah bercak darah dari mulutnya. "Sherina," pekik Risa saat dilihatnya Sherina sudah terkulai jatuh di atas kasurnya Risa.
• • •
Sherina sedang di dalam ruang operasi. Kanker yang menggerogoti paru-paru Sherina sudah stadium 2A.
Erlan dan Risa sedang menatap resah ke arah ruang operasi. Erlan yang sedang berjalan kesana-kemari, dan Risa yang hanya duduk gemetaran.
Erlan berhenti di hadapan Risa. "Gue mau kita putus!" Ujar Erlan.
"Alasannya?" Tanya Risa dengan tatapan sendu.
"Karena lo udah nyakitin Sherin! Dan gue cintanya sama Sherin! Gue jadiin lo sebagai pacar hanya karena pelampiasan, gue sembunyiin rasa gue dari Sherin. Gue takut dia jauhin gue," sarkasnya dengan satu tarikan nafas.
"Oh gitu ya Lan." Risa tersenyum hambar.
"Erlan ja ... Hat. Sherin ... Bukan Risa yang celakai. Dengerin penjelasan Ri ... Sa dulu Lan." Lirih Risa menundukkan kepalanya.
"Enggak! Nggak butuh!"
"Oke Lan. Risa izin pulang ya. Titip salam sama Sherin. Maaf udah nyakiti dia kayak yang Erlan bilang tadi. Maaf karena Risa terlalu berharap banyak ke Erlan." Risa pun lari pelataran rumah sakit.
Kisah kasih percintaan saat SMP nya telah kandas. Hanya karena saling mengharapkan seseorang yang nyatanya sedang mengharapkan orang lain. Terlebih lagi sahabatnya sendiri.
Terjebak akan cinta yang membuatnya berlarut-larut mencintai begitu dalam. Namun, luka lah yang didapat.
Ia benci dengan seseorang yang munafik. Dengan mudahnya mempermainkan perempuan. Apalagi masalah hati.
- Nirguna -
• • •
Jangan menilai dan jangan menebak alur cerita hanya dari prolog
Follow+vote+coment
Jum'at 11 September 2020
606 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirguna [End]
Teen Fiction[follow sebelum membaca] Judul awal : Bunga Part lengkap Bunga Lestarisa Anderan Perempuan remaja yang selalu gagal dalam percintaan. Pada awalnya ia menyukai seseorang dengan begitu tulus namun, kecewa yang didapat. Seakan tidak jera ia kembali men...