36. Terimakasih Senja

285 50 6
                                    

Dari senja aku belajar arti kehilangan. Dari senja juga aku belajar arti kembali. Senja pergi namun, ia pasti akan kembali.
Shakira Shirenita Haqial

-----
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu
-----
Melukis senja by:Budi Doremi🎼

Hari ini tepat hari ke-7 untuk menghadapi ujian kenaikan kelas. Selama 7 hari itu pula lah Bunga sudah melupakan Seraga. Bunga hanya pokus kepada ujiannya. Semoga hasilnya tidak menghianati usaha.

Bunga berjalan menelusuri koridor untuk sampai ke kantin bersama dengan Zaynaqila, Askara, Maya, Erlan dan Satya.

Sudah 2 jam sejak pulang sekolah mereka masih berada di lingkungan sekolah. Karena ini hari terakhir ujian, maka mereka akan habiskan waktu untuk bersenang-senang.

Mereka sedang menikmati makanan masing-masing. Diselingi dengan bincangan kecil.

"Guys, kalian mau lanjut kuliah di mana?" Tanya Satya yang sudah selesai makan.

Bunga, Zaynaqila, Askara, Maya, dan Erlan terbatuk-batuk akibat ucapan Satya.

Erlan menoyor kepala Satya. "Lo bego ya Sat," ucap Erlan.

"Kok kuliah sih," ucap Askara menaikkan alisnya sebelah keatas.

"Masih jauh perjalanan kita bang Satya," celetuk Bunga menoyor kepala Satya.

"Oh iya ya," ucap Satya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Gue nggak sabar mau cepat-cepat punya anak," ujar Satya cekikikan membayangkan kalau ia benar-benar menjadi seorang ayah.

"Astaga. Lo lulus aja belum tentu," sarkas Zaynaqila.

"Tau nih. Masih kelas XI loh Sat. Kok gue pengen bunuh lo hidup-hidup sih," celetuk Maya melototkan matanya.

"Jangan dibunuh dong, entar lo nggak bisa punya anak dari gue," balas Satya dengan senyuman menjijikkan.

Raut wajah Maya menampilkan kegelian. "Amit-amit ya Allah. Ih nggak kebayang gue kalau lo beneran suami gue," ucap Maya.

"Makanya bayangin dari sekarang say," ujar Satya dengan senyum menjijikkan.

Bunga, Zaynaqila, Askara, dan Erlan pun tertawa terbahak-bahak. "Ketawa aja, gue mah udah biasa bikin orang bahagia dengan penderitaan gue," tutur Maya.

Satya tersenyum. "Dapat pahala loh say, kalau bikin orang bahagia," balas Satya.

"Jangan panggil gue say. Gue bukan sayangnya lo!" Tukas Maya. Satya memasang wajah sedih.

"Uh, pedas," celetuk Erlan.

"Pedas baksonya?" Tanya Maya sambil melihat mangkuk Erlan yang berisi bakso.

"Bukan. Tapi, mulut lo. Lebih pedas dari pada bakso ini," cicit Erlan.

Mereka kembali tertawa. "Dah lah gue mau pulang. Lelah hati ini ternistakan mulu oleh kaum jomblo ini," rengek Maya.

"Punya pacar nyimak," celetuk Zaynaqila.

"Masih nunggu nyimak," timpal Erlan.

"Dah lah nggak jelas pun kalian. Gue mau out. Bye," ujar Maya berlalu dari hadapan mereka.

• • •

Angin sore menerpa sepasang kekasih yang sedang menikmati indahnya langit sore. Mereka berdua hanya duduk diam di pinggir pantai, sambil menunggu matahari terbenam.

Pemandangan yang sangat sederhana namun, indah dan memiliki arti luas.

Pemandangan yang sangat sederhana namun, indah dan memiliki arti luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang