Kebodohan terbesarku adalah masih mengharapkan dia untuk kembali meski nggak akan mungkin terjadi.
•Bunga Lestarisa AnderanKenanglah aku by:Naff🎼
"Karamnya cinta ini. Tenggelamkanku di duka yang terdalam ... Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku ... Meski ku tak rela."Suara Bunga memenuhi setiap sudut ruang tamu. Pagi-pagi sekali Bunga sudah bangun dari tidurnya. Ia, juga sudah mandi.
Dipetiknya senar gitar yang berada di pangkuannya. Diiringi suaranya yang menggema di ruang tamu.
"Salahkah diriku hingga saat ini?
Kumasih mengharap kau 'tuk kembali."Bunga menghayati setiap penggalan lirik demi lirik. "Mungkin suatu saat nanti.
Kau ... Temukan bahagia meski tak bersamaku. Bila ... Nanti kau tak kembali. Kenanglah aku sepanjang hidupmu."Erlan datang dan duduk di sampingnya Bunga. Erlan berdehem. Bunga mengabaikan Erlan. Bunga masih terus memetik senar gitar.
"Cie, Nana lagi mengharapkan seseorang untuk kembali nih," ledek Erlan mencolek dagu Bunga.
Bunga menepis tangan Erlan yang berada di dagunya. "Yang pastinya bukan lo!" Sarkas Bunga.
Erlan memelaskan wajahnya. "Ya ... Gue kira lo masih harapkan gue untuk kembali."
"Mantan ya tetap mantan," cela Bunga.
Erlan mengernyitkan dahinya. "Seraga?"
"Kalau dia mah, mantan terindah," jawab Bunga tanpa memperhatikan wajahnya Erlan.
Bunga masih tetap memetik gitar secara asal. "Lo masih bilang dia terindah? Setelah apa yang dia lakukan ke lo?" Tanya Erlan.
Bunga menatap Erlan sebentar. "Itulah kebodohan terbesar gue. Gue masih mengaharapkan dia untuk kembali sama gue. Padahal gue tau itu nggak akan mungkin terjadi. Perasaan enggak bisa dimengerti Lan. Gue nggak tau kenapa gue sebodoh ini dan itu cuma demi Seraga," jelas Bunga.
Albarra yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka. Tersenyum miris. "Mustahil Bar. Mustahil," gumam Albarra.
• • •
"Udah siap belum?" Tanya Arga.
"Udah!"
Sore ini mereka semua sudah harus kembali ke Jakarta. Karena sudah habis waktu untuk berlibur. Besok mereka harus hadir ke sekolah untuk menghadiri acara prom night.
Mereka semua masuk ke mobil. Posisinya juga sama seperti waktu mereka pergi ke sini. Sebelumnya mereka juga sudah izin sama akang Koswara.
Suasana di dalam mobil yang dikendarai Samudera. Terputarlah lagu 'Love u kamu-blink' menemani perjalanan mereka.
"Menyesal," suara dari radio dalam mobil.
"Kesal," sambung Satya.
"Gak bilang."
"Sayang."
"Cinta."
Satya lagi dan lagi menyambung lagu tersebut. "Kamu," tunjuk ke arah Maya.
Maya menatap Satya jijik. "Padahal aku bohong," timpal Satya.
Suara lagu dan Satya bertabrakan.
"Padahal aku suka."
"Aku cuma gabut lalu ... Ngechat kamu."
"Eh kamunya baper." Nyanyi Satya sambil mengedipkan matanya ke Maya.
"Malah nembak aku ... Sayang. Maaf ... Kau cuma pelarian. Ups," Satya menjulurkan lidahnya ke Maya.
Maya menoyor kepala Satya kuat. Satya meringis. "Mampus lo!" Sarkas Maya.
Satya memasang wajah memelas. "Andai aja, si Erlan ada di sini. Pasti gue dibelain sama dia," lirih Satya mengelus kepalanya.
"Idih. Dih!"
Samudera menyahut. "Tiada hari tanpa bertengkar ya."
"Biarin aja bang, awalnya emang bertengkar tapi, lama-lama juga saling cinta," timpal Reza.
Satya dan Maya menyahut serentak. "Najis!"
Zaynaqila cengengesan. "Nah 'kan. Udah kelihatan tuh benih-benih cintanya."
"Semerdeka lo aja La. Gue mah, pasrah aja," celetuk Maya sambil memejamkan matanya.
Satya menjambak rambutnya Maya. Setelah itu ia, pura-pura tertidur. "Bangsat!" Pekik Maya. Lalu, menjambak rambutnya Satya secara kuat.
"Udah sih nggak usah ribut!" Zaynaqila sebagai penengah.
"Dia luan yang ganggu gue!" Pekik Maya.
Samudera berdecak. Lalu, memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. "Dek, lo pindah di tengah sama Reza. Nah, Maya lo sini di depan sama gue, dan lo Satya di belakang sendirian. Biar nggak ada keributan lagi," jelas Samudera.
"Asik, nggak diganggu sama bangsat!" Pekik Maya.
"Dari tadi kek bang. Bisa uwwu-uwwu gue sama Qila," celetuk Reza dan memeluk Zaynaqila dari samping.
"Jangan lo apa-apain adek gue ya! Sat pantau mereka Sat!"
Satya tersenyum. "Siap laksanakan!"
Reza dan Zaynaqila melemas.
• • •
Setelah menempuh waktu beberapa jam. Kini mereka semua telah sampai di rumah masing-masing.
Kini Bunga dan Arga telah sampai di rumahnya, dan masuk ke dalam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab bi Ani.
Bunga dan Arga menyalimi bi Ani. "Ayah udah pulang bi?" Tanya Arga.
"Belum nak. Mungkin sebentar lagi."
"Yaudah deh, bi. Kita mau ke atas dulu," sahut Bunga.
Bi Ani mengangguk. "Oke. Kalau mau makan malam. Bibi udah siapin di atas meja."
"Oke bi."
Jam menunjukkan pukul 18.00. Bunga sudah selesai membersihkan dirinya. Lalu, ia berjalan ke lemarinya dan mencari baju untuk dipakainya besok. Dalam rangka menghadiri acara prom night kelas XII.
Bunga memilih-milih. Pilihan pertamanya dress berwarna gold dengan ukuran se-pahanya. Bunga menggeleng. "Nggak mungkin, gue pakai se-pendek ini."
"Ini aja deh," ujar Bunga sambil mengambil midi dress berwarna baby blue.
Midi dress itu pemberian dari bundanya. Kado ulang tahunnya saat berumur 15 tahun.
• • •
Seorang lelaki sedang mengutak-atik laptop dihadapannya. Mencari sesuatu yang sangat dibutuhkannya. "Ah, sial. Kok nggak ada."
"Apa dia udah ganti yang baru?"
Lelaki itu menutup secara kasar laptop dihadapannya. Lalu, memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan rasa penatnya.
Suara dering telepon berbunyi dari handphone nya. Lalu, diangkatnya dengan cepat. "Iya, sebentar lagi. Entar, lagi kesana."
"Iya, martabak keju 2 ya?"
"Oke, bentar ya. Kamu makan luan aja."
"Iya siap."
Suara panggilan telah berakhir. Lalu, ia berjalan menuju luar. Sesampainya di dalam mobil. "Maaf belum bisa kasih tau sekarang. Informasinya belum didapat apapun. Sayang, maaf 'kan aku yang belum bisa memberikan kebenaran."
• • •
Follow+vote+comentKomen juga pendapat kalian, siapa sih seorang pria itu? Kalo misalnya kalian udah tau. Nah, kalian komen juga pendapat kalian ada apa sih sebenarnya? Informasi apa yang di carinya?
Rabu, 25 November 2020
883 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirguna [End]
Teen Fiction[follow sebelum membaca] Judul awal : Bunga Part lengkap Bunga Lestarisa Anderan Perempuan remaja yang selalu gagal dalam percintaan. Pada awalnya ia menyukai seseorang dengan begitu tulus namun, kecewa yang didapat. Seakan tidak jera ia kembali men...