3. Angin Lalu

1.1K 192 48
                                    

Terasa di hati pada saat mengingat. Namun, sudah terlupakan di pikiran.
•Bunga Lestarisa Anderan

• • •

Pagi hari yang cerah, matahari telah menampakkan wujudnya, lain hal dengan anak manusia yang satu ini. Ia, masih enggan bangun dari tidurnya.

Di saat manusia lain tengah berlibur dengan keluarga, sahabat, dan kekasih. karena hari ini adalah hari Minggu, lain halnya dengan manusia ini ia masih asik bergelunggu didalam selimutnya enggan untuk membuka mata indahnya untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan.

Suara pintu kamar Bunga terbuka menampilkan perempuan cantik berusia 35 tahun. Perempuan itu adalah bundanya Bunga.

Elis Tarisa Anderan, bunda dari dua anak yang berbeda jenis kelamin.

"Na. Bangun dong sayang, kita sarapan pagi bareng, dek," ucap Elis dengan lembut.

Dibalas lenguhan oleh Bunga.

"Dek, cepetan. Ayah sama abang udah nungguin di bawah tuh." Elis menepuk pelan pipinya Bunga.

"Iya bunda iya. Bunga mandi dulu ya bun," ucap Bunga dan langsung bergegas ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

"Bunda tunggu di bawah ya sayang jangan lama-lama." Elis pun meninggalkan Bunga sendirian di kamar.

Kini empat orang. Satu keluarga telah berada di meja makan, sedang melakukan sarapan pagi bersama.

Keluarga Anderan tidak diperbolehkan makan sambil berbicara. Jika ada yang berbicara maka siap-siap saja terkena omela n dari kepala keluarga---Hermansyah Anderan---ayahnya Bunga dan Arga, dan juga suaminya Elis.

Terkenal dengan kedisiplinan. Hermansyah juga memiliki sebuah perusahaan yang sudah diamanahkan oleh sang bapak kepada dirinya. Perusahaan yang sangat maju dan terkenal di Jakarta bahkan luar kota sekalipun.

Kini Keluarga Anderan telah selesai dari sarapan pagi Bersama. Mereka telah berkumpul bersama di ruang tamu.

Yang membersihkan piring kotornya bi Ani. pembantu andalan keluarga Anderan yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah keluarga Anderan. Semenjak Bunga berumur 1 tahun. Bi Ani orang terpercaya bagi Keluarga Anderan.

• • •

"Bunda." Bunga berteriak memanggil nama Elis. Mengitari seluruh rumah. Namun, tidak kunjung menemukan.

"Bunda di kamar, dek." Elis membuka pintu kamar. Ia baru saja selesai mandi sore.

"Ada apa dek?" Tanya Elis saat Bunga sudah berada di depannya.

"Bunga mau cerita." Elis menarik tangan Bunga untuk masuk ke dalam kamar.

Di rumah hanya aja Bunga, Elis, dan bi Ani. Sedangkan Arga, dan Hermansyah sedang berada di luar.

Bunga dan Elis duduk di pinggir kasur. Bunga menggenggam kedua tangannya. Ingin mencurahkan hatinya. Namun, sedikit ragu.

Bunga menghela nafasnya. "Bunda pernah nggak sih, mencintai orang yang nggak bisa dimiliki?" Tanya Bunga menatap mata Elis.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang