4. Spekulasi

955 166 26
                                    

Pantang menyerah, sebelum berhasil! Itu moto hidup gue.
•Bunga Lestarisa Anderan

"Bunga bangun sayang," ucap Elis menggoyangkan tubuh Bunga.

Dengan tergesa-gesa Bunga bangun dari tidurnya dan berlari menuju kamar mandi.

Alarm terhebat bagi Bunga adalah Elis. Yang mampu membangunkan Bunga dengan suara merdunya itu.

Bunga tidak butuh jam beker untuk membangunkan dirinya. Ada Elis yang setia membangunkannya. Selagi ada yang gratis kenapa di sia-siakan.

"Ini dingin banget perasaan enggak hujan deh kok bawaannya pengen peluk orang ya," gumam Bunga sambil membuka gorden jendela di kamarnya yang bernuansa baby blue.

Kini Bunga sudah selesai berpakaian.
Baju seragam sudah tertata di badannya. Rok di atas paha sedikit. Kaus kaki di bawah mata kaki. Sepatu high Converse hitam terpampang di kaki jenjangnya.

Rambut di cepol asal, dan jangan lupa polesan sedikit lip tint untuk penerangan bibirnya supaya terlihat tidak pucat. Tidak tebal seperti tante girang yang ada di sekolahnya.

Selesai sudah Bunga berpakaian. "Senyumanmu yang indah bagaikan candu ingin terus kulihat walau dari..."

"Bunda!" Teriak Bunga yang tersandung kakinya sendiri saat turun tangga.

"Makanya jalan yang benar jadi tersandung gitu 'kan," ucap Elis dan langsung menghampiri Bunga.

"Namanya cewek bar-bar bun," sahut Arga santai dengan menuruni tangga.

"Hehe terlalu semangat nyanyinya bun," cengengesan Bunga.

"Diem lo Gagang Sapu!" Bentak Bunga sambil menatap Arga sinis.

"Udah-udah jangan bertengkar. Kaki kamu enggak apa-apa 'kan?" Tanya Hermansyah.

"Enggak apa-apa kok. Cuma rada sakit, bentaran juga bisa sembuh yah," jawab Bunga.

"Yaudah bun tuntun Bunga ke sini," pintah Hermansyah sambil menepuk salah satu bangku di ruang makan.

"Yuk, dek."

"Iya bun."

"Yaudah mari kita sarapan pagi bersama. Jangan ada lagi suara ya anak-anak kutercinta. sarapan dimulai."

• • •

"Kepada seluruh siswa-siswi SMA Cendrawana Bangsa diharapkan segera menuju lapangan untuk melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih yang seperti biasa kita lakukan di hari Senin," ucap ketua osis SMA Cendrawana Bangsa dengan mikrofon.

"Yuk, baris!" Ajak Bunga kepada teman-temannya.

Sepetakilan apapun. Bunga masih menaati peraturan sekolah meskipun hanya sebagian kecil peraturan yang diikutinya.

Kini Bunga sedang berdiri sambil memegang topinya guna untuk menutupi kesialauan matahari yang tepat mengenai wajahnya.

"Kok jadi gelap perasaan tadi silau deh," gumam Bunga.

Bunga mendongakkan kepala untuk melihat apa yang menutupi kesialauan tadi, dan seketika Bunga tersenyum.

"Hai, cowok," sapa Bunga kepada seorang lelaki yang berada disamping barisannya.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang