Sudah 5 jam Bunga, Zaynaqila, Askara, dan Maya berada di salon dalam mall. Namun, tidak ada rasa lelah yang melanda mereka.
Kini 5 jam membuahkan hasil yang sangat menakjubkan. Penampilan mereka sangat berbeda dari biasanya. Biasanya hanya menggunakan celana dan atasan kaos ataupun hoodie crop. Kini berbanding terbalik dari yang biasanya.
Bunga, yang mengenakan midi dress berwarna baby blue, ankle strap berwarna black, envlope bag berwarna senada dengan ankle strap, rambutnya dicepol rendah dengan sisi kanan-kiri rambutnya diuraikan sedikit, makeup-nya tipis namun, terlihat cerah.
Zaynaqila, yang mengenakan cocktail dress berwarna grey, ankle strap berwarna peach, envlope bag berwarna senada dengan ankle strap, rambut curly panjangnya diuraikan, makeup-nya tipis namun, terlihat cerah.
Askara, yang mengenakan off shoulder dress berwarna black, kitten heels berwarna black, envlope bag berwarna white, rambutnya dicepol tinggi, makeup-nya tipis namun, terlihat cerah.
Maya, yang mengenakan halter dress berwarna navy, kitten heels berwarna white, envlope bag berwarna white, rambutnya panjang lurusnya dibiarkan terurai, makeup-nya tipis namun, terlihat cerah.
Penampilan mereka casual dan feminim namun, tidak mengganti kesan remajanya.
Setelah puas dengan hasil penampilan mereka masing-masing. Kini mereka semua langsung beranjak dari salon dan memasuki restoran cepat saji yang berada di dalam mall ini.
Prom night akan diadakan 2 jam lagi. Sambil menunggu acara dimulai. Kini lebih baik mereka mengisi perut terlebih dahulu.
Disela-sela makan mereka. Kini terdengar suara dering telepon dari seseorang untuk Askara. "Iya bang. Kita di mall nih."
"Udah siap kok. Kita juga lagi makan nih."
"Oh oke-oke."
Askara tersenyum. "Iya bang, Askara tunggu kok."
"Ih lebay deh!"
Askara kembali tersenyum dengan semburat merah berada di kedua pipinya. "Iya-iya. Askara cinta Samudera."
Bunga menggoda Askara. "cie, blushing. Pipinya kebakar." Bunga mencolek dagu Askara.
"Cie piuw-piuw tembakkan cinta," timbrung Maya sambil menggerakkan tangannya seolah-olah sedang menembak.
"Bang! Askara pipinya merah woi! Kakak ipar gue senyum-senyum sendiri," pekik Zaynaqila kepada Samudera yang di seberang sana.
Belum sempat Samudera menjawab. Panggilannya sudah dimatikan oleh Askara terlebih dahulu. "Ih! Zaynaqila mah, rese!" Askara mengerucutkan bibirnya.
"Ih bibirnya jangan dikerucutkan gitu, entar kakak ipar gue enggak cakep lagi deh." Zaynaqila mencubit pipinya Askara.
"Guys, masaan gue menghayal kalau Askara beneran kakak iparnya Zaynaqila dong," celetuk Maya senyum-senyum geli.
"Bagus lah," balas Bunga.
"Iya sih, cuma gue nggak kebayang kalau sebaya gini jadi kakak ipar." Maya tertawa membayangkannya.
"Jangan 'kan lo. Gue aja nggak kebayang," timpal Askara cengengesan.
"Jangan 'kan kebayang, ngebayanginnya aja gue nggak bisa. Otak gue penuh penyimpanannya," celetuk Zaynaqila.
"Uninstall. Terus install lagi," celetuk Bunga tanpa dosa.
Satu pukulan siap mendarat dengan sehat sentosa di punggung. Dari Zaynaqila, untuk Bunga. Lalu, dibalas cengiran oleh Bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirguna [End]
Teen Fiction[follow sebelum membaca] Judul awal : Bunga Part lengkap Bunga Lestarisa Anderan Perempuan remaja yang selalu gagal dalam percintaan. Pada awalnya ia menyukai seseorang dengan begitu tulus namun, kecewa yang didapat. Seakan tidak jera ia kembali men...