Tidak terasa sudah seminggu Elis meninggalkan keluarganya. Bunga sudah mengikhlaskan bundanya yang telah pergi. Kini tidak ada lagi isak tangis histeris yang dilakukan oleh Bunga. Kini Bunga harus bisa kuat menerima kenyataan.
Hermansyah juga sudah pulang ke rumah tiga hari yang lalu. Lukanya juga sudah sembuh. Tidak ada luka yang parah.
Selama seminggu ini pula hubungan Bunga dan Seraga masih tetap break. Bunga tidak mempermasalahkan itu. Semua ini kemauannya Seraga. Dan Seragalah yang berhak untuk mengambil keputusan.
Ia hanya merasa lelah. Kalau harus terlalu berlebihan. Biar saja semuanya berjalan dengan sendirinya. Ia hanya bisa mengikuti ke mana arahnya.
Hari ini adalah hari yang sangat-sangat dinantikan oleh semua orang yang memiliki pasangan. Dan hari yang sangat mengenaskan bagi orang yang tidak memiliki pasangan.
Hari ini hari minggu. Saatnya bagi para pasangan untuk memenuhi setiap sudut kota Jakarta.
Bunga kini tengah berada di ruang tamu. Setelah pulang dari sekolah beberapa jam yang lalu. Bunga masih tetap duduk di sofa ruang tamu. Rasanya sangat malas untuk beraktivitas.
Suara telepon berdering di handphone-nya Bunga. Langsung saja Bunga mengambil handphone-nya yang berada di meja ruang tamu.
"Woi Na." Suara di seberang sana.
"Apa sih lo. Ngegas banget."
"Bukain pagar dong."
"Apa sih lo, ngawur. Udah makan lo. Kalau belum, sana gih makan. Kurang asupan lo sampai ngelantur gitu."
"Cepetan bukain sayang. Aku udah di depan pagar kamu ini. Pagarnya ke kunci sayang." Suara di seberang sana membuat Bunga mengedikkan bahunya. Geli.
"Please Bar. Lo nggak usah ngelantur lagi. Lo bilang sayang geli gue."
"Gue beneran di depan pagar lo ini. Cepetan lumutan gue nunggu lo."
"Yaudah sabar. Awas aja lo kalau bohong!"
Bunga pun berjalan menuju depan pagar untuk menemui Albarra. Yang katanya sudah berada di depan pagar rumah keluarga Anderan.
Terlihatlah Albarra yang sedang duduk di atas motornya. "Ngapain lo kesini?" Tanya Bunga.
"Bukain dulu pagarnya," ucap Albarra.
Bunga pun membuka pagarnya. Lalu masuk lah mereka berdua ke dalam rumah.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Bunga ulang.
"Mau ajak lo jalan-jalan," jawab Albarra menghidupkan televisi yang berada di ruang tamu.
"Ha?"
"Cepetan siap-siap." Albarra menonton tanpa melihat Bunga.
"Gue lagi malas bergerak Bar," cicit Bunga.
"Pantes badan lo kayak sumo," ujar Albarra.
"Mana ada sumo secantik gue," tutur Bunga.
"Semerdeka lo aja deh. Cepetan Na," pinta Albarra.
"Gue lagi malas mandi. Lo lihat dah nih gue masih pakai baju tidur," titah Bunga.
Penampilan Bunga sangat urak-urakkan saat ini. Terlebih lagi rambutnya yang tergerai berantakan.
"Yaudah ayo gue mandiin," usul Albarra.
"Idih dasar lo mesum!" Tukas Bunga menjambak rambut Albarra. Albarra hanya bisa meringis dengan dibaringi cengengesan.
"Yaudah sana cepetan mandi. Kalau lo enggak gerak juga dalam tiga detik ini. Lo gue mandiin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirguna [End]
Teen Fiction[follow sebelum membaca] Judul awal : Bunga Part lengkap Bunga Lestarisa Anderan Perempuan remaja yang selalu gagal dalam percintaan. Pada awalnya ia menyukai seseorang dengan begitu tulus namun, kecewa yang didapat. Seakan tidak jera ia kembali men...