46. Gue Suka Batu!

255 45 3
                                    

Bunga dan Albarra sedang berada di belakang pekarangan rumah orangtuanya Albarra.

Mereka berdua sedang berkutat dengan laptop di hadapannya Albarra. Bunga sedari tadi hanya memperhatikan Albarra yang sedang mencari jawaban dari pesan rahasia itu.

Albarra mencari dari beberapa blog tentang sandi rahasia. Ia mencari ulang tentang sandi enigma. Namun, setelah dicermati berkali-kali. Jawaban dari pesan itu bukanlah berasal dari sandi enigma.

Kemudian ia mencari dari blog yang lain. Bunga yang merasa lelah pun akhirnya bertanya. "Udah dapat belum sih?" Tanya Bunga kepada Albarra yang berada di sampingnya.

"Belum, bentar Na. Kalau lo capek. Lo bisa tidur dulu. Di kamarnya Resya. Kebetulan dia lagi pergi tuh sama mama." Albarra menoleh sebentar ke arah Bunga.

Bunga menggelengkan kepalanya. Lalu, ia menguap. Mengucek matanya yang merasa lelah melihat layar laptop.

Albarra yang melihat secara diam-diam hanya menggelengkan kepalanya. "dasar keras kepala," gumam Albarra pelan.

Sudah setengah jam mereka masih tetap pada posisinya. Bunga sudah meletakkan kepalanya bersandar pada bahunya Albarra.

Sudah beberapa menit Bunga menutup matanya. Tertidur. Saat dirasa bahu Albarra sudah merasakan beban dari kepalanya Bunga. Ia segera menutup laptopnya dan beralih membawa Bunga untuk digendongnya ala bridal style.

Diletakkannya dengan pelan tubuh Bunga di atas kasurnya Resya. Bunga tidak memberikan gerakkan apapun.

"Ngantuk berat nih cewek." Albarra tersenyum memandang wajah Bunga lekat.

Dibukanya ikat rambut Bunga dengan perlahan. Lalu, menyingkirkan anak rambut Bunga yang menggangu matanya.

Lalu, Albarra bangkit dari duduknya. Ia bergumam. "Gue janji bakal cari tau sandi itu Na." Lalu, Albarra berjalan ke arah halaman belakang. Dan mulai berkutat kembali dengan laptop di hadapannya.

Albarra sudah mencari di beberapa blog. Namun, tidak kunjung menemukan jenis sandi yang sama. Ia menyadari ternyata ada banyak jenis sandi rahasia yang digunakan orang Zaman dahulu.

Ia mencari lagi dengan lincah. Tanpa rasa lelah. Lalu, matanya terfokuskan ke sebuah sandi Caesar.

Ia meneliti dengan sangat jelas. Ia memahami setiap kata yang tercantum. Bagaimana cara menemukan pesan asli pada sandi itu. Ia mengamatinya dengan cermat.

Ia melihat ada beberapa contoh pada blog yang ditulis kali ini. Ia pun mulai mencoba meniru sesuai dengan contoh pada blog itu.

Ia mengambil kertas dengan berdack darah dari dalam kotak beludru merah yang berada di samping laptopnya.

Ia mulai mencari huruf-huruf tersebut sesuai dengan rumus yang tertera.

Dilihatnya ulang kertas yang ada bercak darahnya itu.

Dilihatnya ulang kertas yang ada bercak darahnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang