25. Amarah Bunga

464 60 3
                                    

Jangan pernah mikir untuk melawan. Di saat harga dirimu diinjak-injak. Karena pada dasarnya orang lain akan menganggapmu lemah.
•Bunga Lestarisa Anderan

Bunga bangun sangat pagi hari ini. Jam menunjukkan pukul 06.10. langsung saja Bunga bergegas menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya Resya.

Selesai sudah Bunga mandinya dan kini Bunga berganti pakaiannya dengan pakaian Resya. Bunga meminjam baju Resya. Bunga ingin memakai gamisnya yang kemarin di pakai olehnya. Namun baju gamisnya belum kering.

Terdengar suara lenguhannya Resya. Sedetik kemudian matanya Resya terbuka. "Ini jam berapa kak?" Tanya Resya dengan tatapan sayu.

"Jam enam lewat sepuluh Sya," jawab Bunga.

"Masih pagi banget. Masih ada waktu untuk tidur nih. Yaudah Resya izin masuk ke alam mimpi lagi ya kak. Assalamualaikum," oceh Resya.

"Lah. Ada-ada aja. Pakek ucap salam lagi. Ya udah deh gue jawab aja. Waalaikumsalam. Haha," jawab Bunga dengan kekehan.

Setelah selesai. Bunga pun berjalan ke arah luar kamar dan menuju kamarnya Albarra.

Belum sempat Bunga mengetuk pintu kamar Albarra. Sudah lebih dulu Albarra membuka pintunya.

"Astaghfirullah. Kaget gue," ucap Bunga mengelus dadanya.

Albarra terkekeh. "Ayo ngaku lo. Mau ngapain lo di depan kamar gue," ucap Albarra menyentil hidungnya Bunga.

"Ya. Mau bangunin lo lah. Gue kira lo belum bangun," jawab Bunga menepis tangan Albarra.

"Oh kirain."

"Kirain apa?" Tanya Bunga bingung.

"Kirain enggak apa-apa."

"Lah. Nggak jelas banget lo!"

Albarra tertawa. "Ketawa mulu lo. Bahagia banget kayaknya," celetuk Bunga.

"Iya bahagia banget nih gue," ujar Albarra.

"Bahagia kenapa?" Tanya Bunga penasaran.

"Lo kepo!" Seru Albarra.

"Aku selalu untukmu," ucap Bunga acuh.

Albarra menghentakkan kakinya gembira. "Gue selalu untuk lo," ujar Albarra mengikuti ucapan Bunga.

"Tapi, bohong." Bunga menjulurkan lidahnya.

"Tapi, gue nggak bohong kok," ujar Albarra jujur.

"Tapi, sayangnya gue nggak perduli Bar." Bunga cengengesan melihat wajah Albarra yang cemberut.

"Gue bercanda elah. Yaudah yuk antarin gue ke rumah." Bunga menarik tangan Albarra untuk ke bawah.

Mereka berdua pun melesat menuju rumahnya orangtuanya Bunga. sebelumnya Bunga sudah izin pamit ke orangtuanya Albarra, dan mengucapkan terimakasih.

Sesampainya di rumah orang tuanya Bunga. Bunga langsung masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Albarra menunggu Bunga di teras.

Suara deheman terdengar jelas di telinganya Albarra. Sontak Albarra menatap kearah suara itu.

"Makasih. Lo udah mau jagain adek gue. Kalau nggak ada lo. Gue nggak tau apa jadinya Bunga. Soalnya Bunga orangnya nekat," ucap Arga duduk di bangku samping Albarra.

"Iya bang sama-sama. Itu cuma sebuah kebetulan aja. Gue nggak sengaja lihat Bunga hujan-hujanan malam itu. Yaudah gue bawa dia kerumah," jelas Albarra.

"Btw. Nama lo siapa?" Tanya Arga.

"Albarra bang," jawab Albarra.

"Oke. Makasih sekali lagi," ucap Arga menepuk punggung Albarra.

Nirguna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang