TIGA PULUH SEMBILAN

693 43 35
                                    

Suasana UKS tiba-tiba hening dan menjadi tegang. Empat manusia di dalam sana hanya diam tak bergeming. Setelah Satya kembali ia hanya diam dan menatap tajam ranjang tepat disebelah Kay. Sedangkan orang yang merasa diperhatikan hanya acuh.

"Kay, makan dulu." Akhirnya setelah beberapa saat Satya berbicara dengan Kay dan mengabaikan kedua manusia di sampingnya.

Ia hanya mengangguk mengiyakan ucapan Satya.

"Aku suapin," kata Satya memasukan sendok berisi bubur kedalam mulut Kay.

Sedangkan tepat disebelahnya. Seorang cowok mengawasi gerak-gerik mereka. Hatinya seakan terbakar api. Ia menahan kuat-kuat emosi yang sudah memuncak.

Ia mengalihkan pandangannya. "Bel... Kamu bawa obat yang biasa, kan?" tanya cowok itu dibalas gelengan oleh Bela.

Ya. Kedua manusia itu tak lain dan tak bukan ialah Raka dan Bela. Mereka datang setelah lima menit Satya pergi membeli makanan untuk Kay.

Tentu saja kehadiran mereka membuat Kay terkejut apalagi dengan Raka yang merengkuh gadis itu seakan tidak ingin kehilangan.

Sedangkan Kay hanya mampu menelan salivanya, menguatkan hati agar cairan bening itu tidak jatuh. Dan usahanya berhasil, ia berhasil menahan air matanya. Tapi ia tidak bisa berbohong, bahwa hatinya terluka.

"Aku ambil obat dulu, kamu tunggu disini. Kalau ada apa-apa telfon aku," ujar Raka.

Tepat saat Raka membalikkan tubuhnya. Matanya bertemu dengan manik sayu Kay. Namun sayangnya Raka memutuskan kontak matanya terlebih dahulu lalu berjalan keluar.

"Kasihan dicuekin pacar sendiri. Gimana enak?" sindir Bela tersenyum licik.

"Ck! Bangga banget jadi orang ketiga! Ngaca lo tuh cuma mantannya!" Bukan Satya apalagi Kay yang melontarkan kata pedas itu melainkan Gaby.

Gadis itu sudah berdiri di ambang pintu bersama dengan Anna. Ia melipatkan kedua tangannya didepan dada, tatapan tajam seolah ingin membunuh itu tertuju pada Bela.

"Berani banget lo ya! Ngomong sama kakak kelas kaya gitu! Gak punya attitude?!" geram Bela.

"Hello! Lo ngomongin attitude tapi lo sendiri gak punya attitude! Main rebut cowok orang! Gak laku lo?" Tanpa rasa takut gadis itu mendekati Bela, menatap wajah itu dari dekat cukup membuat dirinya ingin muntah.

"Bitch!"

"Yang bitch tuh elo! Deketin pacar orang! Gak tau diri banget!"

Bela bangkit lantas mengambil ancang-ancang menampar gadis dihadapannya. Namun gerakannya mengambang diatas udara ketika Gaby lebih dulu menahan pergelangan tangannya. Ia melintir tangan gadis itu hingga Bela merintih merasakan sakit.

"Jangan rusak hubungan Kay atau lo akan lihat Raka benci sama lo! Se.la.ma.nya!" Gaby melepaskan cekalan tangannya hingga Bela terhuyung.

Bela tertawa keras membuat semua orang yang melihatnya heran.

"Asal lo tahu! Raka gak akan pernah benci sama gue! Bahkan setelah apa yang gue lakuin dulu, dia tetap maafin gue!"

"Itu karena dia gak tau sifat licik lo!" geram Gaby.

"Licik? Well, iya gue emang licik! Dan gue akan manfaatin itu supaya Raka ninggalin dia!" Tunjuk Bela pada wajah Kay.

Satya menepis kasar telunjuk Bela. "Jangan pernah lo nunjuk Kay dengan tangan kotor lo!"

Bela terkekeh lalu berdecak. "Upsss! Ada yang marah nih! Tumbenan lo belain cewek? Suka lo sama cewek cupu itu?" tanya Bela kembali menunjuk Kay.

"Udah gue peringatin! JANGAN NUNJUK KAY DENGAN TANGAN KOTOR LO!"

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang