ENAM

1.1K 93 8
                                    

Happy reading🖤▪▪▪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading🖤


Raka menghentikan motornya disebuah halaman rumah yang terbilang sangat luas. Rumah berdominan dengan warna silver terlihat begitu elegan. Decakan kagum terdengar dari seorang gadis yang masih setia duduk di jok belakang motor Raka.

"Kenapa lo?" tanya Raka heran dengan tatapan aneh yang diberikan gadis itu.

"Ini rumah Kakak?" tanya gadis mungil itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Raka tak menjawab pertanyaan itu, ia justru bertanya hal lain pada gadis itu. "Kaki lo masih sakit?"

Kay mengerjapkan matanya ketika mendengar pertanyaan dari Raka. Gadis itu kemudian menatap manik elang Raka.

"Kakak khawatir sama aku?" tanyanya sembari memiringkan kepalanya.

"Gak!" sanggah Raka.

Kay memicingkan matanya. "Bohong, pasti Kakak khawatir, kan?"

"Enggak!" Raka berjalan memasuki rumahnya. Sedangkan Kay mengekori Raka dengan tertatih-tatih.

"Duduk!" perintah Raka, setelahnya ia melenggang pergi begitu saja.

Kay duduk di sofa seperti yang diperintahkan Raka. Pandangan gadis itu mengintai setiap sudut ruangan, sampai akhirnya Kay sadar jika kini Raka sudah berada didepannya dengan sebuah baskom serta handuk kecil ditangan cowok itu.

"Kaki lo," ucap Raka ketika sudah duduk disamping Kay.

"Hah?"

"Iya kaki lo, sini gue obatin," kata Raka dengan nada sedikit melembut.

Kay menggeleng cepat. "Gak usah Kak, nanti juga sembuh sendiri."

"Lama!" geram Raka meraih kaki jenjang Kay kemudian mengompresnya dengan balutan handuk kecil berisi es batu.

Kay menatap Raka dengan tatapan sedikit tidak percaya karena ini pertama kali Raka bersikap lembut padanya tapi Kay tetap menerima perlakuan itu dengan senang hati. Kay terus saja menatap Raka sambil menahan senyumannya.

"Ngapain liatin gue kaya gitu?" tanya Raka, menaikan sebelah alisnya.

Kay terkekeh. "Kakak ganteng," lontar Kay dengan cengiran khasnya.

Raka menghempaskan kaki Kay, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Akhh.... Kak Raka sakit tauu!" gerutu Kay lalu mencebikkan bibirnya.

"Jangan natap gue kaya gitu!" ucapnya memperingati Kay.

"Kenapa? Kakak gerogi ya?" 

Raka memberikan tatapan tajamnya. "Gue gak suka!" decak Raka.

"Makanya buka hati dong buat aku, nanti Kak Raka jadi suka sama aku terus kita jadian deh," ujar Kay dengan gamblang.

Raka memutar bola matanya jengah. Namun ia tidak emosi seperti biasanya saat gadis itu memintanya membuka hati.

"Kakak mau kemana?" tanya Kay saat melihat Raka melangkahkan kakinya.

"Mandi, lo mau ikut?" tanya Raka dengan senyum smirknya.

Kay membelalakkan matanya, lalu menggeleng cepat. "E-enggak Kak, aku di sini aja," ucapnya terbata-bata.

Melihat tingkah gadis itu membuat Raka tersenyum tipis, sangat tipis. Lalu melanjutkan langkahnya.

Tidak butuh waktu lama, Raka sudah kembali ke ruang tengah dengan bertelanjang dada, membuat roti sobeknya terekspos bebas. Rambutnya yang basah dibiarkan begitu saja, menambah kesan cool pada cowok itu. Semoga saja tidak ada gadis yang melihatnya dengan penampilan seperti ini, karena kemungkinan besar mereka pasti akan heboh seperti orang kesurupan.

Raka berdecak kesal kala melihat Kay sedang tertidur pulas di sofa. "Nyusahin aja!" gerutunya.

Ddrrrtt ddrrrt...

Dering ponsel Kay berbunyi tapi sama sekali tidak membuat Kay meninggalkan alam mimpi. Sementara Raka sudah semakin kesal karena ponsel itu terus saja berbunyi. Tanpa izin pemiliknya, Raka mengangkat telpon dari seseorang dari seberang sana.

"Kay, lo dimana si? Gue sama Gaby daritadi cariin lo tau gak?"

"Berisik!" 

"Eh wait, kenapa suara lo jadi kaya cowok gitu?"

"Gue emang cowok, bego!"

"Hah?! Lo transgender?"

"Gue Raka, temen lo lagi tidur!"

"What? Kak Raka? Kakak ngapain sama Kay? Kay tidur dimana Kak? Astaga Kay!"

"Berisik bego! Kuping gue penging"

"Ya ma-"

Tutt tutt...

Raka memegangi telinga sebelah kanannya yang terasa sakit. "Anjir, suara apa radio rusak tuh!" gerutu Raka kemudian meletakan ponsel Kay kembali.

Kay melenguh gadis itu mengerjapkan mata sebelum membukanya lebar-lebar. "KYAAAA!!!" teriak Kay ketika melihat Raka bertelanjang dada didepannya.

Raka terlonjak karena teriakan Kay, cowok itu membekap mulut Kay. "Berisik! Lo ngapain teriak-teriak gak jelas?!"

Kay memberontak agar Raka melepaskan bekapannya. Raka yang sadar langsung memindahkan tangannya dari bibir gadis itu.

Setelah tangan Raka tak lagi membekapnya, Kay lantas menutup mata dengan kedua tangannya. "I-ituu, Kakak kenapa gak pakai baju?"

Raka menatap tubuhnya yang sixpack. "Terus kenapa?" tanyanya santai.

Kay mendumel dalam hatinya, bagaimana bisa Raka dengan santainya memamerkan roti sobek miliknya. Tidak taukah dia, bahwa sekarang Kay sedang menahan teriakannya setengah mati.

"A-aku malu," cicit Kay masih menutup matanya.

"Gue yang gak pakai baju, kenapa lo yang malu?!"

"I-itu perut Kakak kelihatan," ujar Kay masih menutup matanya.

"Terus kenapa?"

"Kakak pakai baju dulu, aurat Kak!"

Raka mengambil kaos yang bertengger dibahunya, lalu memakai kaos oblong itu. "Iya ini gue udah pakai baju!" ketus Raka.

Kay mengintip di sela jarinya, ia bernapas lega ketika Raka sudah memakai kaosnya kembali. "Kakak tuh jangan buka aurat gitu dong."

"Loh emang kenapa? Ini rumah gue bebas dong gue mau ngapain!"

"Aku tahu ini rumah Kakak, tapi disini ada aku."

"Emang kenapa kalau ada lo? Gak kuat liat roti sobek gue?"

Kay menelan salivanya. "G-gak gitu, Ah udah deh terserah Kakak. Aku mau pulang aja," ujar Kay kemudian meraih tas miliknya. 

"Gue anterin," kata Raka, lalu mengambil kunci motornya. "Gue gak terima penolakan!" lanjutnya.

Kay hanya menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari sofa yang tadi ia duduki. Ia berjalan beriringan dengan Raka. Walaupun jaraknya dengan Raka tidak terlalu dekat, Kay tetap bersyukur, setidaknya dia bisa bersama dengan cowok ini. Kay berharap suatu saat nanti, dia akan dipersatukan dengan Raka baik selamanya, atau hanya sesaat.

***

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang