DUA PULUH SATU

821 51 2
                                    



Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Kay merintih begitu Raka mencekal pergelangan tangannya dengan kasar. Namun rupanya hal itu tak membuat Raka melepaskan Kay. Justru ia semakin mempercepat langkahnya. Sedangkan Kay hanya bisa pasrah mengikuti Raka.

Raka merasa bersalah setelah melihat tangan Kay yang merah akibat dirinya. Sejujurnya ia sama sekali tidak berniat menyakiti Kay. Namun lelaki itu juga tidak bisa menahan emosinya.

"Maaf, gue gak bermaksud nyakitin tangan lo," gumam Raka yang masih bisa didengar oleh Kay. Lelaki itu kini mengusap lembut pergelengan tangan Kay.

"Seharusnya Kak Raka minta maaf ke kak Satya. Aku yakin, kak Satya lebih kesakitan karena pukulan Kakak!" ujar Kay meninggikan nada bicaranya. Entah nyali darimana ia bisa membentak Raka seperti itu.

Raka yang tadinya merasa bersalah kini kembali tersulut emosi saat gadis itu masih memikirkan Satya, apalagi ia berani membentaknya. Raka tidak suka jika ada yang berani membentaknya.

"Gue minta maaf ke lo, kenapa jadi bahas Satya?" tanya Raka menaikkan suaranya.

"Ya lagian Kakak ngapain asal mukul muka orang? Gak semua masalah harus diselesaiin pake kekerasan. Kak Satya tuh gak salah, kenapa Kakak emosi?!" tanya Kay tidak habis pikir dengan kelakuan Raka.

"GUE GAK SUKA!" bentak Raka.

Kay terkejut dengan bentakan Raka, namun setelahnya dia bersikap biasa saja.

"Gak suka apa?

"Gue gak suka kalau lo deket sama cowok selain gue!"

"Hubungannya apa sama Kakak? Bukannya kita cuma pura-pura pacaran?" tanya Kay mengangkat alisnya.

"Gue gak peduli! Gue cuma gak suka kalau lo deket sama cowok selain gue."

"Hak Kakak apa ngelarang aku? Kenapa juga Kakak gak suka kalau aku deket sama cowok lain? Emang Kakak siapa Kay? Kita cuma pura-pura doang!" bentak Kay mengingat ucapan Raka beberapa hari lalu.

Raka melangkahkan kakinya mendekati Kay membuat gadis itu mundur secara perlahan, namun sialnya gerakan Kay terhenti saat dirinya menabrak tembok taman. Kini jarak diantara mereka sangat dekat hingga Kay bisa merasakan hembusan nafas Raka.

"Gue pacar lo! Jadi jangan pernah bantah perkataan gue!"

"Jauhin Satya!" lanjut Raka.

"Kakak egois! Kakak ngelarang aku seakan kita beneran pacaran tapi kenyataannya kita cuma pura-pura," kata Kay memukul kencang dada bidang Raka lalu terisak.

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang