Happy reading
▪
▪
▪Badan Kay meluruh lemas dibangku Taman. Gadis itu meringkup lalu memeluk tubuhnya sendiri. Mengabaikan bajunya yang basah akibat ulah Shinta.
Ingatannya terus saja berputar dimana Shinta mengatakan jika dirinya memang tidak pantas untuk Raka. Mungkin memang ucapan Shinta ada benarnya juga, ia tidak pantas untuk seorang Raka yang begitu di idolakan para wanita.
"Jangan nangis." Suara berat itu seketika membuat Kay menghapus sisa air matanya.
"Kak Raka?" cicit Kay ketika melihat Raka dibelakangnya.
Raka mendekati Kay, melepas seragam sekolahnya dan menyampirkan pada bahu Kay. "Jangan nangis lagi," ujarnya.
"Enggak Kak, aku gak nangis kok," sahut Kay menampilkan senyumannya.
"Gak nangis gimana? Mata lo sembap, suara lo parau. Lain kali kalau mau bohong pikir-pikir dulu."
Kay mengerucutkan bibirnya. "Iya, deh."
Raka duduk di bangku yang juga ditempati oleh Kay. "Gue minta maaf atas kejadian tadi," ujar Raka sembari menatap lurus.
"Kakak gak salah. Lagian yang dibilang sama kak Shinta ada benarnya juga. Harusnya aku sadar diri."
Raka menangkup wajah Kay. "Hei, jangan dengerin kata dia, gue gak mau lo sakit hati lebih dari ini"
Kay menatap Raka yang kini tengah menatapnya juga. Debaran di jantungnya kian memompa cepat. Tidak, Kay bisa mati jika menatap Raka terkalu dalam.
"Jangan pernah dengerin perkataan orang yang buat lo sakit hati, termasuk perkataan gue." kata Raka lembut.
Kay memikirkan maksud ucapan Raka, kali ini otaknya sama sekali tidak berfungsi dengan baik. Sampai hal sederhana semacam itu saja dia tidak paham.
"Gak usah sedih, lo jelek kalau gini." Raka menghapus sisa air mata Kay dengan begitu lembut."
"Kay udah gak sedih kok," ujar Kay memamerkan deretan gigi rapinya.
Raka bangkit dari duduknya. "Ikut gue," ajak Raka.
Kay menautkan alisnya bingung. "Kemana, Kak?"
"Udah, ikut aja. Lo gak akan nyesel."
Kay hanya mengangguk, lalu mengikuti Raka yang entah akan membawanya kemana.
Raka berhenti dideoan toilet wanita. "Ganti seragam lo dulu, gue juga mau ganti," kata Raka membuat Kay mengangguk patuh.
Keduanya kini sudah memakai baju seragam. "Kak, seragamnya kebesaran," ucap Kay sembari merentangkan badannya.
"Gak papa, daripada lo pakai yang basah, ntar yang ada lo masuk angin."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAYLA [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Jangan lupa untuk vote⭐ Kisah seorang gadis cantik dengan kehidupanya. Berawal dengan rasa bahagia karena memiliki keluarga yang harmonis, sahabat yang selalu ada untuknya, serta cinta dari seseorang yang dulu membencinya. Nam...