Taman merupakan tempat yang mampu membuat Kay merasa tenang. Disini ia bisa menumpahkan segala emosi yang sudah ia tahan sejak tadi.
Kay menjatuhkan badannya diatas bangku panjang, ia menunduk membiarkan tangisannya pecah. Ia benar-benar terlihat menyedihkan sekarang.
Tak pernah terlintas dipikirannya bahwa ia bukan anak kandung Rina dan Fery. Pasalnya selama ini mereka memperlakukan Kay dengan baik seakan ia memang anak kandung mereka. Merawat Kay dari kecil hingga tumbuh seperti sekarang, menjaga Kay, mengajarkan banyak hal padanya. Kay mendapatkan semuanya dari mereka. Tapi hari ini juga, ia tahu kebenarannya.
Bolehkah Kay berharap jika semua ini hanya mimpi buruk?
Ia tidak sanggup menerima kenyataan ini.
Dalam benaknya, ia terus saja bertanya siapa orang tua kandungnya?
Apakah mereka membuang Kay?
Apakah mereka tidak menginginkannya?
Kay masih terus memikirkan banyak pertanyaan hingga tidak menyadari jika awan yang tadinya cerah kini mulai menggelap. Angin yang semula berhembus pelan kini kian kencang. Rintik hujan pun mulai terlihat disana.
Tak lama hujan deras mulai turun membasahi tubuhnya, tapi Kay tetap tidak peduli. Ia hanya mau disini, ia ingin menenangkan pikirannya.
Gadis itu mendongak ketika air hujan tak lagi membasahi tubuhnya. Dahinya mengerut ketika melihat sebuah payung sudah bertengger diatas kepalanya. Ia melihat siapa yang melakukan itu, matanya berbinar ketika menemukan Satya sedang berdiri dihadapannya, memegang payung itu sambil menatap cemas kearahnya.
"Kak Satya..."
"Kenapa disini?"
Kay hanya menggelengkan kepalanya lemah. Ia kembali menangis hingga bahunya bergetar hebat.
Satya yang melihat itu langsung mendudukkan badannya disebelah Kay lalu memeluk gadis itu. Persetan dengan bajunya yang ikut basah. "Hei, lo kenapa? Cerita sama gue" ujar Satya mengusap lembut punggung Kay.
Bukan menjawab, Kay justru semakin terisak di dada bidang Satya.
"Kita pulang aja, lo bisa sakit kalau hujan-hujanan kaya gini." Satya menuntun Kay agar masuk kedalam mobilnya.
Satya berniat membawa Kay kerumahnya untuk menenangkan pikiran gadis itu. Satya tahu, bahwa sekarang Kay sedang tidak baik-baik saja, maka dari itu ia harus berada disamping Kay. Sejak awal bertemu Kay, ia sudah yakin dengan hal itu dan dia berjanji akan menjaga Kay walau nyawa menjadi taruhannya.
Sesampainya dirumah Satya, cowok itu segera membukakkan pintu untuk Kay. Ia menuntun Kay masuk dan menyuruhnya untuk duduk di sofa.
"Ganti baju lo, gue gak mau lo sakit." Satya memberikan kaos oversize miliknya.
"Gak usah, Kak." tolak Kay.
"Ganti, lo tau kan kalau gue gak mau lo sakit, jangan bikin gue khawatir." sahut Satya dengan nada lirih.
Kay yang melihat itu jelas tidak tega. Ia tahu jika Satya memang menghawatirkannya, terlihat jelas perubahan raut wajah cowok itu.
"Iya, aku ganti baju dulu."
Satya membawakan segelas coklat hangat untuk Kay. "Minum dulu."
"Makasih Kak..."
"Gimana? Badan lo udah lebih hangat?" tanya Satya diangguki oleh Kay.
"Udah Kak. Makasih..."
"Gak perlu bilang makasih, ini tugas gue buat selalu ada disamping lo."
"Gue mohon, kalau lo ada masalah cerita aja ke gue. Gue siap dengerin semua cerita lo, gue siap denger semua keluh kesah lo, Kay" lanjut Satya menatap dalam manik mata Kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAYLA [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Jangan lupa untuk vote⭐ Kisah seorang gadis cantik dengan kehidupanya. Berawal dengan rasa bahagia karena memiliki keluarga yang harmonis, sahabat yang selalu ada untuknya, serta cinta dari seseorang yang dulu membencinya. Nam...