EMPAT PULUH ENAM

958 51 84
                                    

Selamat membaca

TOK TOK TOK...

Ini bukan ketukan pertama, melainkan ketukan ke lima belas kali yang Satya lakukan. Tapi Kay tak kunjung membuka pintu kamarnya sehingga membuat Satya khawatir dengan keadaan adiknya.

Satya segera meraih kunci serep dilaci dan langsung membuka pintu kamar Kay dengan kunci tersebut. Jantung Satya berpacu cepat ketika melihat Kay sudah pingsan dengan darah yang berceceran di hidung dan lantai kamar gadisnl itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Satya langsung membopong Kay. Langkahnya terhenti begitu melihat Tari. 

"Astaghfirullah, Kay kenapa Bang?" tanya Tari menghampiri Kay yang berada di gendongan Satya.

"Satya gak tau Mah, tadi waktu Satya dobrak pintu kamar Kay dia udah pingsan."

"Cepat bawa adek kamu ke rumah sakit!" perintah Agra yang langsung dilakukan oleh Satya.

***

Tari terus saja bolak-balik didepan ruangan Kay. Sudah lima belas menit Kay disana tapi dokter tak kunjung keluar dari ruang rawat membuat Kay dan kedua orangtuanya khawatir.

Ceklek...

Seorang dokter keluar dari ruang rawat Kay bersama suster yang membantunya. Mereka segera menghampiri Tari, Agra dan Satya untuk membicarakan kondisi Kay.

"Apa kalian orang tua Kay?" tanya dokter tadi pada Tari dan Agra.

"Iya Dok, saya ibunya dan ini suami saya," sahut Tari sambil menarik lembut lengam Agra.

"Kay sudah siuman tapi ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak dan Ibu tentang kondisi kesehatan Kay."

"Kondisi kesehatan Kay?" beo Satya.

Tari dan Agra yang paham maksud dari perkataan sang dokter langsung mengiyakan. "Baik, Dok."

"Mari ikut saya, kita bicarakan ini di ruangan saya," kata dokter itu lalu berjalan lebih dahulu.

"Bang, Mamah sama Papah ke ruangan dokter dulu ya. Kamu temenin Kay, jagain dia," kata Tari menyusul dokter tadi bersama Agra.

Satya mengernyit melihat kepergian kedua orang tuanya. Apalagi dokter mengatakan ingin membicarakan tentang kondisi kesehatan Kay. Memang Kay kenapa? Pikir Satya. Ia harus menanyakan ini ke orang tuanya nanti.

Tak ingin berlama-lama, Satya segera masuk kedalam ruang rawat Kay. Disana ada malaikat kecilnya sedang terbaring lemah masih dengan mata tertutup.

Satya duduk disebelah ranjang Kay lalu memandang wajah manis gadis itu. "Abang gak suka lihat kamu kaya gini Kay," cicit Satya mengelus punggung tangan Kay dengan infus yang menempel disana.

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang