TIGA PULUH DUA

588 36 5
                                    

Hal yang menyakitkan adalah saat dimana kepercayaan dibalas dengan kebohongan.

S

udah seminggu ini Kay jarang sekali bersama  Raka. Bahkan sekalinya mereka bertemu, Raka lebih sering memperhatikan ponselnya dan mengabaikan Kay begitu saja. Tingkah aneh Raka jelas saja membuat Kay bingung. Dia pernah beberapa kali bertanya akan perubahan Raka padanya namun cowok itu hanya acuh.

Selain acuh, Raka juga sering sekali membatalkan acaranya dengan Kay secara tiba-tiba. Sama seperti yang dilakukannya malam ini. Raka tiba-tiba saja menghubungi Kay dan berkata jika ia tidak bisa menemani gadis itu untuk membeli novel yang baru saja terbit.

Hal itu membuat Kay sedikit kecewa karena ini kesekian kalinya dia harus mendengar berbagai macam alasan yang diberikan Raka. Namun Kay juga tidak bisa memaksakan cowok itu. Alhasil Kay mengajak kedua sahabatnya pergi ke grandmedia untuk membeli novel yang ia inginkan.

"Kay, lo jadi beli novel yang mana?" tanya Gaby membuyarkan lamunan Kay.

"Eh, kenapa Gab?" Kay mengedipkan matanya mencoba agar bisa fokus dan melupakan sebentar masalah Raka.

"Lo jadi beli novel yang mana?" ulang Gaby.

"Aku beli yang ini aja," jawab Kay.

"Loh bukannya lo udah punya yang itu," timpal Anna.

"Hah masa sih? Ya udah Kay beli yang ini," kata Kay sambil menunjuk sebuah novel didepannya.

"Lo juga udah punya yang itu, Kay. Lo tuh kenapa sih kok gak fokus gitu?" tanya Anna.

"Aku gak papa cuma lagi gak fokus aja, Na."

"Kak Raka?" gumam Gaby.

Mendengar nama yang tak asing ditelinganya. Kay lantas mengikuti arah pandangan Gaby. Seketika matanya membalak saat melihat Raka sedang berduaan dengan wanita lain.

"Raka," cicit Kay.

"Kay, itu Raka sama siapa?" tanya Anna.

"Aku gak tau." Kay menggeleng lemah dengan pandangan lurus menatap Raka yang sedang bergandengan dengan perempuan lain.

"Kay kita balik aja yuk," ajak Gaby.

Kay menggeleng tegas. "Aku mau susulin mereka." Kay langsung beranjak dari tempatnya dan memilih untuk mengejar Raka yang sudah jauh dari pandangannya.

"KAY!" pekik kedua Gaby dan Anna.

Kay mengabaikan panggilan kedua sahabatnya. Ia semakin mempercepat langkah kakinya agar bisa menemukan Raka, tapi usahanya sia-sia karena nyatanya ia sudah kehilangan jejak cowok itu ditengah keramaian mall.

Gadis itu menghela nafas lelah. Ia menjatuhkan tubuhnya pada tempat duduk didepannya. Tatapannya kosong, sedangkan otaknya masih  saja terngiang-ngiang bayangan Raka yang sedang tertawa bersama gadis yang tentu saja tidak dikenali Kay.

"Kay."

Panggilan itu membuyarkan pikirannya. Kay menatap sekilas kedua sahabatnya. "Aku mau pulang."

"Iya, kita pulang sekarang ya," ujar Gaby merangkul pundak sahabatnya.

"Kay, jangan sedih... Siapa tahu cewek itu saudaranya Raka."

Kay menarik sudut bibirnya, ia tidak ingin membuat kedua sahabatnya juga sedih karena masalahnya.

"Mungkin, besok aku coba tanya ke Raka."

Sepulang dari mall. Kay hanya berdiam diri diatas ranjang sambil memeluk Tedy Bear yang pernah diberikan Raka untuknya. Pandangannya terus saja
menatap ponsel yang sama sekali belum menanandakan adanya pesan masuk.

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang