EMPAT PULUH SEMBILAN

1.2K 63 1
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca

R

aka menghembuskan nafas berat, semua yang Satya ceritakan mengenai Kay membuat dirinya merasa bersalah pada gadis itu. Seharusnya dia bisa lebih mengerti kondisi Kay, tapi nyatanya dia justru tahu semua itu dari orang lain.

Hal yang semakin membuatnya bersalah adalah ketika mengingat jika dirinya pernah menuduh Satya dan Kay bermain belakang darinya. Padahal siapa sangka jika dua insan itu kakak beradik. Ya, kini Raka sudah tau kebenaran jika Kay adik kandung yang selama ini Satya cari.

"Bodoh!" lirih Raka seraya menjambak rambutnya frustasi.

Dengan setengah keraguannya Raka meraih kenop pintu ruang rawat Kay. Pertama yang ia lihat ketika pintu terbuka ialah gadisnya yang sedang tertidur pulas diranjang rumah sakit. Raka melangkahkan kakinya, menghampiri Kay lalu duduk di kursi tepat disebelah ranjang gadisnya.

Raka mengusap lembut punggung tangan Kay. Hatinya begitu nyeri melihat keadaan Kay sekarang. Wajah pucat, bibir kering dan badan Kay yang terlihat lebih kurus dari biasanya semakin membuat Raka merasa bersalah.

Mengapa dia tidak bisa menjaga gadisnya sendiri?

Mengapa juga dia justru lebih percaya dengan orang lain daripada Kay?

Raka benar-benar menyesal. Ia baru sadar jika selama ini dia sudah menjadi orang bodoh karena lebih mempercayai wanita lain daripada gadisnya sendiri.

Raka mencium punggung tangan Kay dan bertepatan dengan itu satu tetes air matanya pun ikut terjatuh. Ya, Raka menangis karena Kay. Lebih tepatnya karena kebodohannya yang membuat gadisnya selalu terluka.

"Kay, maafin aku..." lirih Raka.

Kay mengerjapkan mata ketika merasakan kecupan dipunggung tangannya dan ia juga merasakan jika punggung tangannya sedikit basah. Perlahan tapi pasti, Kay membuka matanya seraya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kornea matanya.

"Raka..." cicit Kay ketika ia melihat Raka sedang mencium tangannya. Sedangkan Raka yang hafal betul siapa pemilik suara itu segera meneggakkan badannya.

"Kay... Maafin aku. Maaf karena aku selalu bikin kamu sakit, maaf karena aku lebih percaya Bela dibanding kamu, maaf..." ucap Raka seraya menggenggam tangan Kay.

"Ini bukan salah kamu. Kamu gak pernah bikin aku sakit Ka," sahut Kay.

"Enggak! Ini salah aku, aku yang buat kamu kaya gini."

Kay mengusap tangan Raka dengan satu tangannya lagi. "Jangan salahin diri kamu sendiri. Aku kaya gini emang karena kondisi kesehatan aku, bukan karena kamu."

"Terus sekarang kamu gak papa, kan? Masih ada yang sakit? Biar aku panggilin dokter," tanya Raka hendak berdiri dari duduknya tapi Kay lebih dulu mehana lengannya.

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang