LIMA PULUH

1K 57 1
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca

Kay bernafas lega setelah dokter mengizinkannya untuk pulang. Awalnya memang dokter yang merawat Kay tidak membolehkannya, tapi karena Kay memaksa alhasil mau tidak mau dokter itu mengizinkan. Asal Kay bisa menjaga kondisi kesehatannya dan tidak lupa untuk kemoterapi.

"Kay, berhubung Raka ada disini kamu pulang sama Raka aja ya. Kayanya dia mau ngobrol tuh sama kamu. Biar Mamah bareng Papah sama Satya aja," ujar Tari.

"Gak Mah, Satya mau sama Kay." Tolak Satya cepat.

"Bang, kasihan loh Raka pasti kau ngobrol berdua sama Kay. Kamu sama Mamah aja," paksa Tari.

"Gak mau Mah, Satya mau sama Kay. Satya mau jagain Kay, lagian ya gak boleh berduaan di dalam mobil takut khilaf," oceh Satya.

Posesif, itu yang menggambarkan sikap Satya sekarang. Entah sejak kapan Satya sangat posesif jika berhubungan dengan Kay. Ia tidak mau adik kecilnya itu kenapa-kenapa. Walaupun Kay pergi dengan Raka tapi tetap saja, Satya harus ikut.

"Udah Mah, gak papa kok, Bang Satya mau ikut sama aku. Toh dia juga mau jagain aku," ujar Kay.

"Nah, betul Mah. Aku kan abangnya Kay jadi aku harus jagain dia."

Tari menghela nafas pasrah, percuma anaknya ini sangat keras kepala jika menyangkut dengan Kay.

"Ya udah Mamah pasrah, terserah kamu aja."

"Papah sama Mamah mau nemuin dokter dulu buat bahas lebih lanjut kondisi kesehatan Kay. Kalian pulang duluan aja," ujar Agra beridiri dari duduknya.

Setelah kedua orang tua Kay meninggalkan ruang rawat. Raka langsung melayangkan tatapan sinisnya pada Satya.

"Ck lo ngapain si pakai ikut gue sama Kay? Ganggu orang mau pacaran!" ujar Raka sengit.

"Terserah gue lah, Kay itu adik gue." balas Satya tak kalah sengit.

"Tapi gue pacarnya!"

"Gue abangnya!"

"Gu--"

"STOP!" pekik Kay melerai keduanya.

"Kalian tuh kenapa sih? Masih aja berantem kaya gini bukannya kemarin udah baikan?" tanya Kay.

"Abang kamu tuh ngeselin! Orang aku mau berduaan sama kamu," kata Raka mengerucutkan bibirnya.

"Gue sumbangin bibir lo ke panti jompo, mampus lo!" ujar Satya ketika melihat bibir Raka yang maju lima senti.

"Bacot!"

"Udah, gak usah berantem. Aku mau pulang sekarang." Kay berjalan meninggalkan keduanya.

Raka dan Satya segera menyusul Kay. Mereka berdua berjalan disebelah Kay. Satya disisi kanan sedangkan Raka disisi kiri. Mereka berdua persis seperti bodyguard yang sedang menjaga majikan.

RAKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang