Cuma ngasih tau aja, dipart ini gak cuma fokus sama Lira, Andra ataupun Wily. Tapi juga mereka,... teman sekeliling ketiganya.-
-Selamat membaca.
"SEMUA LARI! GAK ADA YANG DUDUK! GAK ADA YANG REBAHAN!"
Semua dengan cekatan memakai kembali sepatunya, yang tadinya mereka lepas karena mengira tidak ada guru pembimbing yang menggantikan Pak Randy. Lalu mulai berlari, menjalankan perintah guru olahraga pengganti itu.
Guru berkumis tebal yang berdiri di samping lapangan itu terus melotot, menatap mereka--kelas IPA 2 yang di suruh olahraga tapi malah leha-leha.
"Gegara lo No, kita jadi dimarahin." gerutu Rangga seraya mulai berlari.
Rafay yang berada di sampingnya ikut menyahuti.
"Udah lah lo lengser aja dari jabatan lo! Noh, temenin pak Mamang ngepel lantai koridor! Kasian sendiri." tunjuk Rafay pada laki-laki paruh baya yang berstatus menjadi pak bon.
"Mantap bat dah ide lo!" Rangga mengacungkan jempol pada Rafay.
"Yee..tu bibir sekata-kata, iri kan lo karena gagal jadi ketua kelas? Ya jelas pada milih gue, lo sama gue aja mendingan gue kemana-mana." balas Rano tak kalah sengit.
"ITU BERDUA NGAPAIN NEMPEL-NEMPEL! JANGAN HOMO!" tegur guru berbadan tambun itu.
Rafay dan Rano, dua cowok yang jadi sasaran hanya melongo seraya bergidik ngeri, dengan masing-masing memisahkan diri berjauhan.
"Apa sih tu guru? Heran, bisa-bisa nya ngatain homo." gerutu Rano tidak suka.
"Sialan, di kata homo! Sana minggir, entar gue ketularan burik." Ucap Rafay yang langsung mendapat delikan Rano.
"Burikan juga lo, mana napas lo bau jigong!" balas Rano tak mau kalah sebelum cowok itu berlari mendahului Rafay.
"Sialan lo! Sini, gue patahin dulu leher lo sebelum pergi!"
Andra dan Rangga yang memang berlari di paling depan, dia menggeleng tak habis pikir mendengar perdebatan dua temannya itu.
Jangan heran kenapa Andra bisa mendengar dua temannya itu cekcok padahal dia lari yang pertama, ya karena mereka telat, disaat semua teman kelasnya sudah mengitari lapangan hampir satu kali, Rafay dan Rano baru saja akan lari. Beda dengan Rangga yang langsung menyusul Andra.
"YANG PEREMPUAN LARINYA TIGA KALI SAJA BUAT PEMANASAN. TERUS BUAT YANG LAKI-LAKI LIMA KALI, KALO MAU LEBIH SAYA PERSILAKAN, LEBIH BAGUS!" Teriak guru berbadan tambun itu.
Semua murid laki-laki protes, namun mereka tidak berani mengatakannya secara lantang.
"Kenapa gak disamain saja sih? 3 sama 3 gitu, kan biar adil." ucap Aldo, namun semua teman lelaki di belakangnya mendengarnya dengan jelas.
"Letoy lo! Lari lima kali aja ngeluh." cibir Rangga.
"Semangat dong kayak gue, dasar lemah!" Lalu, cibiran itu datang lagi dari Rafay yang baru saja berlari mendahului nya.
"Gimana si? Kenapa pada ngehujat gue? Padahal gue yakin lo semua pada setujukan sama omongan gue?" Tanya Aldo seraya menoleh kebelakang, meminta respon dari teman di belakanganya. Jadi, sekarang dia berlari dengan mundur.
"Ya kan temen-temen?!" tanyanya ulang bersemangat.
"Balik badan sono! Jatuh baru tau rasa!" semprot salah satu siswa teman kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sebelah [end]
Teen FictionKenapa cowok ganteng selalu di kagumi banyak orang? Itulah yang Lira pikirkan. Karena dia sedang mengalaminya sendiri. Apalagi kelas cowok itu di sebelah kelas-nya. Bahkan setiap hari bisa melihatnya, menatap tanpa berkedip sekalipun cowok itu tidak...