61- Express Love.

310 28 8
                                    

Selamat membaca💜

_

Pukul 15.45 rintikan hujan turun, memaksa pengendara motor yang lalu lalang tanpa persiapan jas hujan harus rela menghentikan motornya dan meneduh di tempat aman.

Beda dengan kedua remaja yang berboncengan itu, mereka lebih memilih menerjang gerimis yang semakin lama berubah deras. Dan sialnya hanya keduanya yang tidak menggunakan jas hujan dari beberapa pengendara di sekelilingnya.

Sedari tadi Lira tak henti-hentinya menyumpah serapahi Andra tanpa henti. Dan itu semua tidak berhenti meskipun kini motor yang mereka tumpangi berhenti di sebuah toko buku.

"Lo lain kali bisa gak sih gak usah sok jadi pahlawan di saat hujan kayak gini? Bikin orang jantungan tau gak?!"

Siapa yang tidak kaget dan panik saat motor yang ditumpangi melaju cepat menerobos hujan? Belum lagi mereka tidak mengenakan jas hujan.

"Cuma basah, ntar juga kering." Andra membalasnya santai, namun lawan bicaranya tidak bisa sama santai dengannya.

Padahal, tadi Andra sempat mengalami pusing, tapi sekarang setelah menerobos hujan, sepertinya pusing di kepalanya semakin menjadi.

Tapi, tentu saja Andra akan berusaha terlihat baik-baik saja di depan Lira.

Beruntung keduanya memakai jaket.

"Gue juga tau bego! Ini bukan masalah kering atau gak nya, kalo tadi jatuh gimana? Terus gue pingsan dan lo patah--"

"Apa? Patah hati liat cewek gue pingsan?"

"Patah tulang maksudnya!"

"Bilang apa lo tadi? Cewek lo? Mimpi kali," Lira terkesiap sesaat, baru sadar ucapan Andra tadi. Sensitif sekali di telinga saat Andra menyebutnya 'cewek gue'.

Andra mengendikan bahu acuh. "Ntar juga iya,"

"Iya apa?"

Andra melepas helm dan menaruhnya di spion, mengacak rambutnya sebentar lalu menatap Lira yang masih menunggu jawaban darinya.

"Jadi cewek gue."

Lira melotot, dia segera mengejar langkah Andra yang sudah berjalan dahulu memasuki toko buku, setelah sebelumnya melepas helm dan menaruhnya di atas motor.

"Sakit bego!"

Andra memekik kesakitan saat Lira tiba-tiba mencubit lengannya keras.

"Biar lo sadar, kalo lo gak sedang mimpi gue mau jadi cewek lo!"

"Lo pikir gue tadi bilang gak secara sadar?"

Lira menoleh saat langkah keduanya memasuki toko buku dan berjalan di sisi jejeran rak bersisi khusus buku fiksi.

"Jadi lo serius?" dari nadanya, Andra tahu bahwa Lira menganggapnya obrolan biasa tanpa melibatkan hati, atau mungkin hanya sebuah omong kosong menurut gadis itu.

"Menurut lo?" tanya Andra, pada Lira yang kini sibuk memilih buku di depannya.

"Menurut lo?" tanya Andra, pada Lira yang kini sibuk memilih buku di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang