Selamat membaca._
"Motor sialan, padahal baru kemarin nih gue bawa ke bengkel." umpat Rangga, menendang ban motor miliknya.
"Santai si, biasanya juga lo nebeng gue." timpal Rafay tenang seraya masih duduk di atas jok motor miliknya.
"Nebeng lo apaan? Kebalik iya yang ada!" Iyalah, sejak kapan Rangga nebeng Rafay? Yang ada Rafay yang selalu minta dijemput, mentang-mentang Rangga jomblo dan mobilnya lenggang. Jadi Rafay seenaknya saja menyuruh Rangga setiap pagi harus mampir ke rumahnya dulu.
"Itu kan dulu, buktinya sekarang gue bawa motor." sanggah Rafay.
"Dulu pala lo! Baru hari ini juga lo bawa motor, blagu amat omongan lo!" sergah Rangga cepat.
"Lagian lo gaya-gayaan bawa motor, biasanya juga mobil." cecar Andra kemudian, yang baru saja tiba di parkiran menyaksikan perdebatan kedua temannya itu.
"Daripada motor gue kelamaan nganggur," timpal Rangga.
"Lo semua liat Mila sama Apip gak?"
Rafay yang tubuhnya membelakangi suara itu sontak menoleh dengan kening berkerut. Diikuti Andra dan Rangga.
"Kenapa? Tumben lo nyariin temen lo itu, biasanya juga lo nebeng Andra kalo pulang." ujar Rafay yang malah terkesan menyindir Lira.
"Jadi lo liat gak?!" tanya nya lagi dengan nada gak bersahabat. "Ngga?" tanyanya juga pada Rangga.
"Ck! Boro-boro liatin orang, ngurus nih motor satu juga belum bener!" jawab Rangga ngegas.
Lira berdecak kesal mendapati respon teman kelasnya itu. Ditanya tapi jawabannya tidak ada yang benar.
Dia memutuskan berbalik, memilih menuju ke depan saja. Siapa tau kedua temannya itu menunggunya di depan gerbang.
"Lo gak nanya gue?" Suara Andra mengintrupsi langkahnya.
Lira berbalik lagi, menatap jengah ke tiga cowok itu.
"Gue tanya juga percuma, lo sama gue aja baru keluar kelas." jawab Lira enteng.
"Cieee...keluar kelas aja barengan. Gue penasaran, lo berdua barengan terus, terus yang gak barengan apaan?" suara Rafay terdengar berisik.
Catat ya, Lira tuh gak suka kalau udah denger kata cie, emang artinya apaan sih?
"Berisik, diem lo!" Andra menghentikan tawa Rafay, mengusap wajah Rafay kasar.
"Anjir wajah gue gak suci lagi kena tangan lo!" pekik Rafay.
Andra dan Rangga yang menyaksikannya berdecih. Rafay itu terlalu percaya diri, menganggap dirinya lebih ganteng dari kedua temannya itu. Padahal sudah jelas, Rangga anak sultan itu lebih di gandrungi cewek SMA itu ketimbang dirinya.
"Jadi, apanih yang gue gak tau dari lo berdua? Hm?"
Lira memutar bola mata malas mendengarnya. Dia lebih memilih berbalik meninggalkan tempat itu.
"Lah, malah pergi. Gak ada akhlak banget tuh cewek, ditanya malah pergi." dumel Rafay kala pertanyaan nya di hiraukan begitu saja.
"Lo yang gak ada akhlak!"
Lagi-lagi tangan Rangga yang gantian mendarat di wajahnya, membuat Rafay kembali mengumpat dengan keras.
****
"Sori," ucapnya saat Lira hampir saja menabrak orang di depannya. Namun, bukannya minggir, orang itu justru berdiam diri.
Lira terlonjak kaget saat mengangkat kepala dan mendapati Wily berada di depannya. Atau mungkin Lira berjalan menunduk dan tidak lihat keberadaan Wily yang memang sedari tadi di situ, makanya dia hampir menabrak cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sebelah [end]
Ficção AdolescenteKenapa cowok ganteng selalu di kagumi banyak orang? Itulah yang Lira pikirkan. Karena dia sedang mengalaminya sendiri. Apalagi kelas cowok itu di sebelah kelas-nya. Bahkan setiap hari bisa melihatnya, menatap tanpa berkedip sekalipun cowok itu tidak...