5- Baper.

971 116 7
                                    

Selamat membaca..

Jangan lupa vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen

Tolong hargai usaha author ya:)

'Baper itu gak salah, itu artinya kita masih punya perasaan. Walaupun kadang jadi bego karena menyalahartikan kebaikan seseorang yang akhirnya jadi kepedean.'
***

Lira baru saja keluar dari perpustakaan setelah mendapat pesan dari Apip, jika kelas mereka sedang ada guru. Kadang di saat seperti ini dia menyesal memiliki kelemahan dalam memakai sepatu, lihatlah apa yang dilakukannya sekarang. Berlari sambil menjinjing sepatu ke kelasnya. Lupakan rasa malu, dia terus berlari dengan cepat.

Lira menatap pintu kelas dengan kening berkerut. 'Katanya ada guru, tapi kok pintunya ke buka?'

Tanpa pikir panjang dia masuk saja. Tepat satu langkah memasuki kelas, Lira mematung di tempat. Semua mata tertuju padanya.

Dan...satu lagi yang Lira tidak boleh lupakan. Anggota OSIS yang berdiri di depan kelas sedang memperhatikannya dari atas sampai bawah. Lira menggigit bibir bawahnya, ikut menatap ke bawah.

Dia tidak memakai sepatu!

Sumpah, gue malu banget!
Rutuknya dalam hati.

Lira menatap seisi kelas, tatapannya berhenti ke arah Apip. Yang ditatap hanya menyengir seraya mengatakan sesuatu tanpa bersuara. Yang lira tangkap seperti 'Gue gak tau.' sambil melirik ke arah anggota OSIS di depan.

Sepertinya Lira melupakan sesuatu, dia kembali mendongak menatap sosok cowok yang sekarang berjalan ke arahnya.

Wily! Iya, cowok itu.

Lira seperti habis berlari Marathon. Keringat dingin mulai bercucuran, dan ya, jantungnya seperti akan keluar sepertinya.

"Kenapa sepatunya nggak dipakai?"

Lira mendongak dengan mata melebar, kaget dengan pertanyaan Wily barusan.

Lira mengangguk cepat, lalu berjongkok dan segera memakai sepatunya. Tapi, ya...seperti yang dikatakan, dia tidak bisa memakinya dengan cepat. Hampir 4 menit dia berjongkok hanya untuk memakai sepatunya. Tapi, ada satu kendala lagi baginya, tali sepatu.

Lira mendengus kesal berkali-kali ketika kaitan tali sepatunya terlepas sebelum dia berdiri.

Tolong siapapun bantu gue, gua gak bisa! batinnya menjerit.

Walaupun dia tahu hasilnya nihil dia tetap menjerit dalam hati.

Wily menatap gadis di depannya jengah. Hampir lima menit tapi gadis itu sama sekali belum selesai. Dia memutuskan berjongkok, menatap gadis di depannya sebentar. Kedua tangganya terulur mengambil alih tali sepatu yang berada di tangan gadis itu.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang