43- Hanya Perlu Waktu.

338 36 0
                                    

Part- 43










Happy reading!


_

Wily: Lira, boleh gue ke rumah lo?"
_

Lira menganga tak percaya dengan mata melebar, dia mendudukan dirinya di tepi tempat tidur. Masih tidak percaya isi pesan dari Wily yang baru saja masuk beberapa menit yang lalu.

"Ngapain?" Dia bergumam dengan dahi mengernyit.

Untuk sekelas orang pacaran, mereka memang belum masuk ke tahap itu. Karena Lira sendiri sama sekali belum menanggapi pengakuan Wily terhadapnya yang ternyata menyukainya tempo hari.

Setelah pertemuan hari itu, dan ... setelah Lira berbicara baik-baik dengan Andra, maksudnya Lira hanya  memastikan saja jika setelah pertemuan itu tidak ada masalah apapun.

Sampai sekarang, dia masih membiarkan Wily mendekatinya.

Meski lebih dari satu kali cowok itu mengulang kata sama yaitu, menyukainya, namun dia juga tidak memaksa Lira untuk menanggapinya segera.

"Nggak bisa gitu dong, Ma! Ini kan malam Minggu, malamnya anak muda!"

Lira terperanjat sendiri saat teriakan kakaknya mampu tersenyum sampai ke dalam kamarnya, karena pintu kamar memang sengaja dia buka.

"Malam Minggu gini dia mau ke rumah gue? Apa kata orang rumah nanti?" Lira bergumam panik, mengingat teriakan kakaknya tadi yang memanfaatkan malam Minggu sebagai alasannya untuk keluar malam.

Jika ditanya bagaimana hatinya? Dia senang, meskipun agak tidak tenang. Ingin melarang, tapi tidak enak hati.

Tapi, semua yang dia rasakan sekarang tidak sama seperti kemarin hari saat dia begitu menyukai dan mengagumi Wily. Hanya senang yang mewakili perasaannya sekarang. Itupun tidak tahu apa arti dari rasa senangnya.

Ting!

Satu pesan kembali masuk dari Wily.

Wily: Gimana?"

"Ya gimana?" Lira malah membeo, mengulang pertanyaan Wily dan menanyakannya pada dirinya sendiri.

Lira: Ngapain?


Setelah pesan itu terkirim, tiba-tiba saja otaknya memutar kembali dan kini dia menyesal sendiri mengirim pesan seperti itu.

"Duh! Bodoh banget sih gue?!"

Mungkin menghapusnya akan lebih baik, dan itu yang dia lakukan sekarang meski dia bisa melihat jelas sudah ada centang dua yang artinya pesan itu sudah masuk ke Wily.

Lira: delete massage.


Dan semoga saja Wily belum membacanya.

Namun,

Wily: Kenapa di hapus? Nggak boleh ya? Mau ngapel, kalo boleh.

Lira menggigit jarinya sendiri membacanya. Candaan macam apa ini? Tolong, dia tidak ingin baper hanya dengan pesan singkat yang tidak pasti itu.

"Aaaa!! Gue bego! Bego! Begooo!" Lira menjerit, untung kepalanya di tenggelamkan ke bantal, jadi suara terdengar tidak terdengar keras.

"Lira! Ada temen kamu nih di bawah!!"

Lira buru-buru menyingkirkan bantal dari wajahnya mendengar suara melengking milik sang Mama. Gadis itu buru-buru berdiri dan berlari pelan ke arah jendela kamarnya yang langsung menghadap ke pelataran rumah.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang