41- Sebuah Pengakuan.

360 40 2
                                    

Happy reading💜.

_

Kadang, perasaan suka itu wajar. Itu dulu saat dia mengagumi Wily, mencuri pandang di waktu-waktu tertentu, bahkan nekat memotret cowok itu hingga rela bersembunyi demi mendapat bidikan pahatan wajah-- nyaris mendekati sempurna yang hampir membuatnya gila.

Meski Lira tahu di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Itu dulu, ralat, sepertinya baru kemarin saja. Sebelum rasa kagum dan suka itu perlahan berubah samar, hingga Lira juga tidak menyadari bahwa sekarang mereka tidak sedekat dulu.

Dia ada, namun seakan berada di belahan atsmofer yang berbeda, mereka bisa saling tatap, namun tidak bisa membangun atsmofer ruangan baru yang membuat jarak keduanya menyatu.

Apa yang dilakukannya sewaktu mengangumi cowok itu membuatnya ... malu seksekarang.

Sedang apa dia? Kenapa hanya sekedar kagum namun apa yang di lakukannya seakan berlebihan sekali.

"Wily kan tipe lo banget,"

"Gila emang, tipe cowok lo tinggi juga."

Sekilas, omongan Apip dan Dirla terlintas di pikirannya.

Dan sekarang, sosok yang sempat ia kagumi dan sukai kini berdiri di depannya, menatapnya diam tanpa berkata sedari tiga menit yang lalu.

"Gue sayang sama lo .., "

Lira mendongak, menatap manik mata hitam pekat milik Wily yang sialnya sukses membuat jantungnya yang sedari tadi tenang kini berdegup layaknya baru saja di goncang.

"Gue ..., oke, gue emang salah soal kejadian kemarin," jedanya saat Lira menatapnya diam dan terkesan menantang dirinya untuk mengakui segala hal yang menyangkut keduanya.

"Gue selalu nggak suka lihat lo berdua sama Andra, meski nggak lama."

"Dia temen gue," ujar Lira seakan mengklarifikasi, meski tanpa dia bilang Wily juga sudah tahu.

"Gue tahu, tapi, gue selalu ngerasa dia jadi penghalang-- "

"Penghalang hubungan gue sama lo maksudnya?" Lira bertanya sinis. "Bahkan kita nggak ada hubungan apa-apa, atau mungkin hanya sekedar teman." lanjutnya.

Lira bisa melihat raut wajah Wily berubah tidak suka.

Lira tidak sedang bercanda sekarang. Yang dia hadapi itu Wily, sebisa mungkin meskipun dirinya terlanjur kesal dan ingin sekali berbicara lancang, dia tetap tidak bisa semudah itu mengucapkannya.

Mungkin rasa suka masih menetap di sebagian hatinya.

Dan untuk rasa kagum, dia sepertinya baru mengerti bahwasanya dia hanya seperti gadis-gadis lainnya, yang mengagumi karena rupa menawan dari seorang Wilyan Prassya.

Sudah itu saja.

Kenapa dia begitu, karena mungkin dulu dia kagum, ya ..., sepertinya juga suka, sebelum dia mengenal Wily yang sekarang. Ada rasa tidak suka saat Wily berkata buruk tentang Andra.

"Kemarin hari ... gue akui, gue kagum sama lo. Dan ..., mungkin suka, tapi suka yang gue nggak tahu apa artinya. Mungkin rasa suka gue itu kayak sebatas waktu lihat lo aja tapi bikin gue jantungan setiap kali lo tatap gue. Dan waktu nggak lihat lo gue merasa biasa, cuma ..., mungkin kayak cewek lainnya yang milih merhatiin lo diam-diam."

Lira tidak tahu apakah pernyataannya ini akan membuatnya menyesal nanti karena telah jujur di depan Wily, yang artinya dia telah membuka aib nya sendiri.

"Gue tahu kok," Wily mengagguk ringan. "Tapi, bukan itu yang gue mau bicarain sekarang, gue cuma mau mengakui tentang perasaan gue ke lo."

Wily menatap Lira, menajamkan tatapannya pada kedua mata Lira.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang