Happy reading.
>>>>Lira masih berdiam di sini, duduk di bangku taman dengan tangan menutupi wajah.
Dia tidak akan meninggalkan taman disaat keadaannya seperti ini, apalagi jika pulang ke rumah dengan mata sembab dan hidung memerah. Dia tidak ingin membuat khawatir orang rumah.
Dia butuh sendiri. Mengingat kejadian beberapa menit yang lalu yang mampu membuat air matanya jatuh seketika.
Kenapa jatuh cinta sesakit ini? Kenapa hatinya susah sekali untuk terkendali?
Dia sendiri yang bicara akan melupakan Wily, tapi, pikirannya tidak sinkron saat melihat Wily bersama Nasya.
Flashback on.
Lira baru saja keluar dari kelas. Karena dia baru saja menyelesaikan tugas piket. Apip tidak menunggunya kali ini, dia harus pulang cepat karena sudah dijemput.
Harusnya Wily menunggunya kali ini, karena cowok itu bilang akan mengantarnya pulang hari ini, tidak tahu apa maksudnya, pasalnya beberapa hari ini mereka masih saling menjauh. Dan tanpa curiga Lira mengiyakan. Tapi, melihat keadaan depan kelas yang sepi tidak ada orang, Lira memilih menuju gerbang sekolah.
Siapa tau Wily sudah menunggunya disana.
Sampai di gerbang, dia memilih meneduh di bawah pohon beringin di samping gerbang. Menunggu sosok Wily muncul.
"Wily!"
Lira menoleh dengan kening berkerut, menemukan Nasya yang sudah stanby di samping mobilnya, tangan gadis itu melambai ke arah gerbang masuk sekolah.
"Hai!"
Wily datang menghampiri, satu tangganya memegang helm, dan satu tangannya lagi di genggam Nasya. Dan respon cowok itu tidak ada penolakan.
Mereka bercengkrama, saling melempar senyum bahagia.
Dan Lira tidak suka melihatanya. Dia kecewa, tentu saja. Karena Wily tidak menepati ucapannya.
Lira masih menatap keduanya, namun, lama-kelamaan tatapannya semakin buram tatkala air matanya mendesak ingin keluar.
Gadis itu tersenyum getir. Harusnya dia segera pergi dari tempat itu, mengindari pemandangan di depannya yang mampu menguras emosi. Sekarang, dia bisa melihatnya secara langsung, tidak perlu mendengarkan lagi ucapan teman-teman nya tentang Wily dan Nasya.
Dadanya sesak, dia tidak suka perasaannya yang sekarang. Dia tidak terima, tapi di satu sisi kenapa sulit sekali untuk sekedar melangkah pergi? Lira tidak mungkin bertahan lama dengan semua ini. Dia ingin menangis sekarang.
"Lo bego Lira, lo bego!" Ucapnya seraya meremas ujung roknya.
Wily tuh gak bener-bener suka sama lo!
Hatinya menjerit, dia memang bego soal masalah hati.
Tolong! siapa pun bawa Lira dari sini!
"Kalo lo gak tahan liatnya, harusnya pergi. Ngapain masih disini sih?"
Entah dari mana cowok itu muncul, tiba-tiba saja Andra datang, membawa satu helm di tangannya lalu memakaikannya di kepala Lira. Dan Lira tidak bisa untuk menolak, dia masih syok.
"Naik!"
Lira menurut, dengan masih menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, berusaha agar tidak mengeluarkan suara tangisnya.
"Lo tuh gak usah bego bisa kan? Lo malah nyakitin hati lo sendiri tau gak?"
Kalimat Andra dia hiraukan, dia masih diam. Menatap ke samping dengan tatapan kosong, mengusap air matanya yang mengalir terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sebelah [end]
Teen FictionKenapa cowok ganteng selalu di kagumi banyak orang? Itulah yang Lira pikirkan. Karena dia sedang mengalaminya sendiri. Apalagi kelas cowok itu di sebelah kelas-nya. Bahkan setiap hari bisa melihatnya, menatap tanpa berkedip sekalipun cowok itu tidak...