35- Perihal Plester.

388 42 2
                                    


Haiii

Vote & komen jangan lupa ya:)

Selamat membaca...


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





***

"Ini bunga beneran dari Wily?" Lira mendengus pelan, masih menatap buket bunga itu, membolak-balik nya.

Buket bunga yang tidak terlalu besar itu dia temukan di sebelah tempat sampah, tepatnya di samping pagar depan rumahnya. Kemarin, saat Wily datang ke rumahnya sore hari itu, ternyata, kata kakaknya cowok itu membawa buket bunga-- yang kata kakaknya untuk dirinya.

Tapi, Lira tidak sepenuhnya langsung percaya. Makanya, dia masih menyimpan buket bunga itu sampai sekarang.

"Di bilangin nggak percaya, itu bunga pasti buat lo. Gila aja buat gue, ada-ada aja lo!" Neo menghampiri adik perempuan nya itu.

"Ya masa buat gue? Apaan coba?" Lira masih saja enggan percaya.

"Nggak percayaan banget lo jadi orang," timpal Neo, tangannya menjulur melewati Lira, mengambil satu buah apel lalu menggigitnya.

"Wily tuh ngasih buat lo. Kali aja mau nembak lo, atau ngasih surprise gitu." ujarnya.

"Apa sih? Ngelantur banget ngomongnya."

"Eh, tapi gue jadi inget cerita lo kemarin," Neo ikut duduk di depan Lira. "Gini, kemarin kan lo bilang pulang sama...siapa tuh? Temen cowok lo?"

"Andra?"

"Nah iya, mungkin, mungkin nih ya, Wily lihat lo sama dia terus nggak jadi deh ngasih bunga ini ke lo."

Lira mengernyit tidak mengerti, otaknya bekerja memikirkan ucapan kakaknya barusan itu.

Nggak mungkin!

Wily...menyukainya?

Bahkan Lira sudah membuang jauh khayalannya jika Wily membalas rasa sukanya. Tapi, ucapan kakaknya tadi membuatnya memikirkan nya kembali.

"Lira! Di depan ada temen kamu tuh!"

Lira terperanjat saat mendengar teriakan sang mama dari luar. Gadis itu segera menyimpan kembali buket bunga tadi dan memakai tas sekolah nya secepat kilat.

"Gue berangkat!" ujarnya terburu seraya berlari keluar. "Ma, Lira berangkat!" pamitnya juga pada mama yang masih sibuk dengan kegiatan pagi harinya, menyiram tanaman bunga kesayangannya.

Tiba di depan gerbang rumah, wajah Lira yang tadinya semangat berubah masam. Gadis itu memutar bola matanya saat indera penglihatannya menangkap sosok Andra.

Kenapa harus Andra, sih? Nggak Wily aja gitu?

"Apaan!?" Lira bertanya ketus setelah tiba di depan cowok itu, kedua tangannya bersidekap. Raut wajahnya jelas sekali tidak suka.

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang