62- Go Publik?

367 34 5
                                    


Selamat membaca


***

_

Pagi ini Andra baru saja tiba di parkiran, memarkirkan motornya bersebelahan dengan motor milik Aldo yang sudah stay di sana.

Andra melepas helmnya, turun dari motor dan berjalan menuju koridor seraya menyisir rambutnya kebelakang dengan jemari tangan. Kebiasaannya memang.

"Sok ganteng banget,"

Andra refleks menoleh ke kanan kiri, namun tidak menemukan siapa pun disana membuatnya terus berjalan, menghiraukannya.

Andra baru menoleh ke belakang saat seseorang menarik tasnya.

"Ck, apa-" Andra terkesiap saat yang menariknya adalah Lira, dia dengan cepat mengubah ekspresi yang awalnya kesal menjadi agak kalem. "Apaan?" ulangnya santai.

Lira berdiri di belakang nya, memasang wajah tanpa dosa.

"Lo budeg ya? Dari tadi gue panggil gak nengok juga," ujar Lira kesal.

"Ngapain lo manggil gue terus narik-narik gue segala?" tanya Andra agak kesal. "Masih pagi udah gangguin gue aja," lanjutnya bergumam.

"Setau gue, lo kayaknya yang dari dulu gangguin gue biar bisa deket sama gue, kan?" timpal Lira santai seraya berjalan.

Andra mendadak terdiam, benar sih, tapi... nggak gitu juga maksudnya.

Ya..apa salahnya sih menyelam sambil minum air? Dia mengganggu Lira juga kadang nggak sengaja, meski kebanyakan sengaja sih. Dan karena itu juga dia jadi...suka, cinta atau sayang? Eh, apa bedanya?

Ya pokoknya itu, Andra tidak bisa mendefinisikan. Dia suka Lira sebagai teman, sahabat, teman cewek, teman berdebat, dan teman-teman lain sampai Andra merasa ada yang aneh dengan hatinya saat berdekatan dengan gadis itu.

Tapi, berbohong sepertinya lebih baik sekarang. Mengingat saat dia jujur dengan perasaannya kemarin sore saja, Lira masih tidak percaya dan menganggapnya omongan belaka.

"Heh, ya gak gitu konsepnya. Mana ada gue gangguin lo? Yang ada lo yang ngerepotin gue terus," Andra mendumel di akhir kalimatnya.

"Ya terus konsep lo apaan? Selamanya berteman sama gue sampe terjebak friendzone?" ujar Lira, menatap Andra yang kini berjalan di sampingnya.

"Udah kali," balas Andra lirih, hampir tak terdengar.

"Apa? Lo bilang apa?" Lira mendesak nya menjawab, namun Andra justru menggeleng.

"Iri kan lo sama temen lo yang  berangkat bareng gebetannya? Makanya lo nyamperin gue biar bisa jalan bareng ke kelas," ujar Andra, menatap Lira dan sahabat gadis itu bergantian.

Kalau Andra tidak salah namanya Faras, yang kini sedang berduaan dengan gebetannya atau mungkin sudah menjadi pacar. Mereka baru saja keluar dari parkiran.

Lira ikut menoleh, menatap keberadaan sahabat nya yang ternyata diam-diam sudah punya gebetan tanpa sepengetahuan nya.

"Lah iya bener, tuh anak kenapa gak bilang sama gue coba? Awas aja kalo ketemu," dumel Lira tidak terima.

"Ngapain lo yang sewot? Biarin sih," heran Andra melihat Lira dengan wajah tak terima.

"Ya lo gak tau aja! Faras tuh udah suka dari dulu sama kak Revin, dan sekarang dia udah berhasil dapetin cowok yang dia suka. Sedangkan gue? Gak bisa dapetin, masalah mulu yang dateng," ujar Lira sensi campur kesal.

"Curhat lo?"

Lira mendelik mendengarnya, dia mendorong Andra menjauh.

"Ngeselin banget lo!"

Kelas Sebelah [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang